Pemimpin baru Al Qaeda, Saif al-Adel. (Foto: ISTIMEWA)

WASHINTON DC, Eranasional.com – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa Al Qaeda telah memiliki pemimpin baru setelah kematian Ayman al-Zawahiri pada Juli 2022 lalu. AS menyebut Saif al-Adel yang merupakan warga negara Mesir namun tinggal di Iran, disebut sebagai pemimpin baru Al Qaeda.

“Penilaian kami sejalan dengan penilaian PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) bahwa pemimpin baru de facto Al Qaeda Saif al-Adel berbasis di Iran,” kata seorang Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS seperti dilansir dari AFP, Kamis (16/2/2023).

Laporan PBB yang dirilis Selasa (14/2) waktu setempat menyebut bahwa pandangan utama negara-negara anggotanya meyakini Adel sebagai pemimpin terkini Al Qaeda. “Mewakili kesinambungan untuk saat ini,” sebut PBB dalam laporannya.

Laporan itu juga menyebut bahwa kelompok Al Qaeda belum secara resmi menetapkan Adel sebagai ‘emir’ karena sensitivitas terhadap keprihatinan otoritas Taliban di Afghanistan, yang belum mengakui Zawahiri tewas dalam serangan roket AS di Kabul tahun 2022 lalu.

Disebutkan juga oleh PBB dalam laporannya bahwa Al Qaeda yang beraliran Sunni merasa sensitif terhadap isu Adel tinggal di wilayah Iran yang didominasi Syiah.

“Lokasinya menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan ambisi Al Qaeda untuk menegaskan kepemimpinan gerakan global dalam menghadapi tantangan dari ISIL,” demikian disebutkan dalam laporan PBB, merujuk pada nama lain militan Islamic State (ISIS).

Adel yang berusia 62 tahun, merupakan mantan Letnan Kolonel pasukan khusus Mesir dan salah satu sosok dalam penjaga lama Al Qaeda. Menurut Proyek Penanggulangan Ekstremisme AS, dia membantu membangun kapasitas operasional Al Qaeda dan melatih sejumlah pembajak yang terlibat dalam serangan 11 September 2001 di AS.

Menurut seorang mantan penyelidik kontraterorisme FBI Ali Soufan, Adel berada di Iran sejak tahun 2002 atau 2003 lalu, pertama sebagai tahanan rumah namun kemudian bebas melakukan kunjungan ke Pakistan.

“Saif merupakan salah satu tentara paling profesional dan berpengalaman dalam gerakan jihad di seluruh dunia, dan tubuhnya memiliki bekas luka pertempuran,” tulis Soufan dalam artikel tahun 2021 untuk CTC Journal pada Pusat Pemberantasan Terorisme West Point.

“Ketika dia bertindak, dia melakukannya dengan efisiensi yang kejam,” sebutnya.