Eranasional.com – Constructivism Learning atau pembelajaran dengan membangun pengetahuan, berdasarkan pengamatan dan studi ilmiah merupakan metode atau bagaimana cara seseorang belajar. Dikatakan bahwa seseorang membangun pengertian dasar dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya melalui pengalaman yang dialami secara langsung dan apa yang didapatnya melalui pengalaman-pengalaman tersebut.

Ketika kita menghadapi hal-hal baru, maka kita harus menyesuaikannya dengan pengalaman atau ide-ide yang lalu, mungkin hal baru tersebut akan mengubah apa yang kita yakini sebelumnya atau mungkin menolaknya karena tidak sesuai dengan apa yang telah kita yakini. Jadi dengan kata lain, kitalah yang secara aktif menciptakan pengetahuan apa yang ingin kita ketahui. Dalam hal ini, kita harus mencari tahu dengan banyak bertanya, menjelajahi, dan melakukan penilaian terhadap pengetahuan yang telah kita ketahui.

Hal inilah yang seharusnya terjadi di ruang kelas, belajar dengan cara konstruktif ini membuat proses belajar dan mengajar menjadi menarik dan kaya akan unsur-unsur yang membuat kreatifitas keluar. Dalam pengertian yang paling umum, hal ini biasanya berarti mendorong para murid untuk menggunakan teknik aktif (eksperimen,problem-solving dalam dunia nyata) untuk menciptakan lebih banyak pengetahuan dan untuk merefleksikan dan membicarakan kembali apa yang mereka sudah lakukan dan bagaimana pengertian mereka dapat berubah secara dinamis. Pengajar harus memastikan bahwa dirinya memahami pemikiran dasar para murid dan memfasilitasinya dengan aktifitas yang ada untuk membimbing mereka dalam membangun cara berpikir yang konstruktif.

John Dewey, seorang paling berpengaruh dalam dunia teori pendidikan dari abad ini, mempromosikan gagasan dari keterlibatan aktif dengan materi-materi yang dilengkapi oleh refleksi sebagai sumber utama dari pembelajaran.”Pendidikan, oleh sebab itu, adalah suatu proses dari kehidupan dan bukan persiapan dari kehidupan mendatang. Sekolah semestinya mewakili kehidupan di saat ini – hidup senyata mungkin dan sangat penting bagi anak-anak sebagaimana mereka membawa hal ini di rumah, di lingkungan sekitar mereka atau di tempat bermain mereka. Berapa banyak pendidikan mengalami kegagalan karena mengacuhkan prinsip fundamental dari sekolah sebagai bentuk dari hidup berkomunitas.

Elliot Eisner, seorang professor dari Stanford University yang dikenal karena beasiswa dalam studi tentang edukasi dan kurikulumnya, membicarakan tentang nilai bermain dalam mengembangkan kurikulum : “ Banyak dari aktivitas kita yang produktif berbentuk permainan atau penjelajahan. Dalam aktivitas semacam itu, tugas bukan merupakan sesuatu yang baku tetapi lebih kepada melakukan kegiatan yang menarik dan kadang menimbulkan rasa penasaran.”

Cara pembelajaran seperti ini membuka kesempatan untuk meningkatkan kemampuan para murid untuk berbicara, dalam percakapan, menyampaikan buah pikiran, memberikan respon secara langsung dan meningkatkan kemampuan menganalisis, bahkan menuangkan imajinasi mereka dalam kata-kata. Jarang sekali sekolah-sekolah yang memiliki kelas debat atau kegiatan-kegiatan kelas yang memfasilitasi peningkatan kemampuan berkomunikasi seperti yang dibutuhkan. Komunikasi adalah seni yang bisa hilang apabila tidak diupayakan untuk dikembangkan. Padahal kemampuan berkomunikasi yang aktif akan digunakan sampai mereka dewasa.

Oleh sebab itu cara pembelajaran yang pasif akan mengurangi bahkan dapat meniadakan kesempatan bereksplorasi, menemukan sesuatu atau menciptakan sesuatu. Pembelajaran pasif meniadakan interaksi dalam menyelesaikan masalah yang timbul sehingga mereka tidak mendapat pengalaman langsung dan hasil yang didapat juga tidak dibuat-buat. Padahal itulah kunci pembelajaran. Belajar mengambil keputusan, belajar mengatasi masalah yang timbul karena kelalaian. Pepatah berkata bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Maka pembelajaran yang terbaik adalah mengalami secara langsung.”

Dari beberapa teori dan riset yang telah dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam dunia pendidikan, maka jelaslah betapa besarnya esensi sebuah pendidikan yang berisi pembelajaran secara aktif, eksploratif, reseptif, kreatif, dan konstruktif. Hal ini membuat belajar tidak lagi menyulitkan tetapi menyenangkan, menantang, dan tidak membosankan. Terutama bagi anak-anak usia dini yang memang pada dasarnya hidup dalam dunia bermain. Dunia mereka yang penuh warna, keceriaan, keingintahuan, penuh dinamika sangat membutuhkan fasilitas di mana mereka bisa belajar tanpa merasa terpaksa ‘belajar’. (Sulis Sutrisna)