Jaksa Agung ST Buharnudin

Eranasional.com – Kejaksaan Agung masih melakukan pendalaman pada dugaan kasus korupsi minyak goreng yang terungkap pada bulan lalu. Salah satu tersangkanya adalah seorang mantan pejabat Kementerian Perdagangan (Kemendag), yaitu Indrasari Wisnu Wardhana.

Padahal sebelumnya ketika rapat dengan DPR RI, tersangka yang membisikkan bahwa mafia minyak goreng akan ditangkap kepada Mendag Muhammad Lutfi. Hal ini pun menjadi perbincangan masyarakat.

Jaksa Agung ST Burhanuddin pun mengatakan, bahwa tersangka terlalu percaya diri dan merasa dirinya tidak akan tertangkap. Apalagi jejak digital pun dapat menjadi bukti pelanggaran pidana.

“Itu lah dia terlalu pede bahwa perbuatannya tidak akan terbongkar, jejak digital tidak bisa dihapus, kami mengungkap itu dari sebuah alat komunikasi,” terang dia dalam Podcast Deddy Corbuzier dikutip jawapos.com, Kamis (12/5).

Saat ini, pihaknya masih belum mendapatkan informasi lebih lanjut terkait keterlibatan pihak lain. Namun yang pasti, mungkin saja akan ada nama besar yang menghiasi daftar tersangka.

“Terlalu pede dipikirnya nggak akan terendus. Kita akan lihat dalam penyelidikan nanti (bukan satu orang). Bisa saja orang ada full power di situ misalnya, dia yang mengizinkan, memutuskan juga, tapi kita akan lihat nanti,” imbuhnya.

Ia pun menyampaikan, tidak akan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. “Bisa saja kalau ada fakta, bukti mengarah kesana, kenapa tidak (ditahan). (Menteri) bisa, (jenderal) bisa, kita akan lihat fakta dan bukti,” tegas dia.

Selain itu, Burhanuddin mengakui bahwa sistem untuk pemerataan minyak goreng sudah baik, hanya saja dalam sistem pengawasannya kurang. Oleh karena itu, ada oknum yang memanfaatkan celah tersebut.

“Kegagalan sistem nggak, karena sistem sudah ada kalau 80 persen keluar, 20 persen itu untuk dalam negeri,” jelasnya.

Angka korupsinya pun masih belum bisa ditetapkan, namun menurutnya sangat besar. “Kita nggak tau, tapi pasti banyak karena kebutuhan minyak kan sangat banyak per hari. Pasti tinggi,” ucapnya.

“Kita nggak ngerti hati seorang manusia, kalau dia punya empati, tidak akan terjadi itu. Ini kebangetan diembat juga, padahal udah tau. Kita akan perhitungkan nanti didalam tuntut,” pungkas dia.