JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat suara terkait banyaknya pasien isoman Covid-19 . Dia mengaku merasa sedih saat mendapatkan informasi bahwa banyak warga yang meninggal dunia saat melaksanakan isolasi mandiri.
“Saya sedih, saya dapat masukan isolasi mandiri banyak yang meninggal,” kata Budi saat konferensi pers secara melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/7/2021).
Dia menerangkan, warga yang meninggal saat isolasi mandiri ini bukan hanya karena tidak diterima rumah sakit rujukan, tetapi tidak melapor saat terpapar Covid-19.
Ia mengatakan, di beberapa daerah orang terpapar Covid-19 masih memiliki beban sosial untuk melapor.
“Oleh karena itu, Covid-19 bukan sakit aib, justru kalau saudara sakit kita harus bantu, jangan kemudian diaibkan, nanti mereka enggak mau lapor terlambat masuk rumah sakit dan itu adalah ciri penyebab kematian yang paling tinggi,” jelasnya.
Selanjutnya, Budi meminta masyarakat untuk segera melaporkan ke dokter dan tenaga kesehatan apabila ada orang terdekat yang terpapar Covid-19.
“Agar cepat dites, sehingga kita bisa tahu level, derajat keparahannya seperti apa dan di-treatment sesuai derajat keparahanya. Mudah-mudahan dengan itu kita bisa menurunkan rekan-rekan kita,” terangnya.
Sebelumnya diketahui, LaporCovid-19 melaporkan bahwa hingga Kamis (22/7/2021) ada 2.313 orang yang meninggal di luar rumah sakit saat menjalani isolasi mandiri.
Data analyst LaporCovid-19 Said Fariz Hibban mengatakan, angka tersebut merupakan hasil pendataan di semua provinsi di Indonesia.
Adapun angka kematian isolasi mandiri paling banyak terjadi di DKI Jakarta.
“Yang baru saya dapatkan hari ini dari rekan Dinkes DKI yang angka ini rentang awal Juni sampai 21 Juli sebesar 1.161 kasus, jadi ada 1.214 kasus setelah digabungkan dengan data temuan kita,” kata Said dalam keterangan pers secara virtual, Kamis (22/7/2021).
Diterangkan Said, ada enam provinsi dengan kasus kematian saat menjalani isolasi mandiri di atas 50 kasus.
Enam provinsi itu adalah DKI Jakarta (1.214 kasus), Jawa Barat (245 kasus), Jawa Tengah (141 kasus), DI Yogyakarta (134 kasus), Jawa Timur (72 kasus), dan Banten (58 kasus).
“Kemudian ada provinsi lain baru satu kasus, dua kasus kematian, tapi ini perlu di-support lebih lanjut,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan