Ilustrasi Pesawat terbang. net

Eranasional.com- Meroketnya harga tiket pesawat menjadi buah simalakama bagi beberapa sektor ekonomi.

Jika tiket pesawat sudah keterlaluan mahalnya dan berkelanjutan dikhawatirkan akan menekan animo masyarakat untuk berwisataatau mobilisasi dengan menggunakan angkutan udara dalam bepergian.

Anggota Komisi V DPR RI, Hamka B Kady mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat ini juga dipicu oleh tingginya bahan bakar avtur yang menjadi turunan minyak mentah.

Sejak Konflik perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, harga minyak dan avtur membumbung tinggi.

Dilansir dari laman Pertamina harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta pada 1-14 Juni 2022 sebesar Rp 15.749 per liter, dibandingkan periode 1-14 Juni 2021, naik Rp 6.595 per liternya dari Rp 9.154 per liter.

Dengan begitu maskapai penerbangan tidak mungkin menurunkan harga tiket.

“Selama masih berada dalam batas atas dan batas bawah yang ditetapkan pemerintah, itu wajar-wajar saja. Tetapi kalau harganya di atas dari batas yang ditetapkan pemerintah, itu yang melanggar,” ujar Hamka B Kady kepada wartawan, Sabtu (9/7/2022).

Belum lagi optimalisasi keterisian penumpang belum memadai. Sehingga sejumlah unit pesawat belum diterbangkan semua.

Artinya kata Politisi Golkar asal Sulsel ini, salah satu alasan naiknya tarif tiket pesawat disebabkan oleh tidak imbangnya permintaan dan penawaran dalam penerbangan.

“Memang dilema, Saya mengimbau maskapai penerbangan ikutilah aturan pemerintah. Karena kita semua tidak mau ada maskapai yang rontok, karena rakyat juga yang rugi,” Imbuhnya.

Ia kemudian mencontohkan Garuda Indonesia yang baru-baru ini keluar dari ICU, sementara Lion Gruop justru stabil keuangannya.

“Padahal dulu Lion dicemooh karena murahnya. Tapi mereka membuktikan bisa bertahan di tengah gempuran,” sebutnya.

Namun apapun itu pelayanan terhadap konsumen harus sesuai ketentuan yang berlaku.

“Pemerintah harus dan perlu mencari jalan keluar,” pungkasnya. (fjr)