Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Kemayoran, Jakarta Pusat. (Foto: ISTIMEWA)

JAKARTA, Eranasional.com – Koordinator Humas Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Kolonel dr Mintoro Sumego mengungkapkan rencana penutupan Wisma Atlet pada akhir tahun 2022. Meski begitu, saat ini Wisma Atlet masih melayani pasien COVID-19 dan masih menunggu arahan dari pimpinan.

“Sampai saat ini Wisma Atlet masih melakukan pelayanan terhadap pasien. Nantinya bagaimana sesuai dengan jumlah dan keadaan pasien yang menurun. Mungkin nanti akan diberhentikan secara bertahap. Sampai saat ini kami masih tetap melaksanakan pelayanan sampai nanti batas waktu pemberhentian,” kata Mintoro.

Mintoro menyebut saat ini masih ada 227 relawan yang masih bertugas di Wisma Atlet. Mereka terdiri dari tenaga medis dan nonmedis.

“Kita masih tetap standby. Ada 227 relawan yang terdiri dari 171 tenaga medis dan 56 tenaga nonmedis,” tuturnya.

Menanggapi itu, anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan tidak masalah jika RSDC1-19 Wisma Atlet Kemayoran akan berhenti beroperasi menangani pasien COVID-19 pada akhir tahun ini. Sebab, dia menilai, situasi COVID-19 di Indonesia dalam satu tahun terakhir cukup terkendali.

“Karena memang situasi kondisi satu tahun terakhir relatif terkendali, terlebih beberapa waktu lalu ketika terjadi lonjakan yang gelombang ketiga sampai 6.000 sekian per hari, juga tidak membebani fasilitas kesehatan (faskes) kita. Hospital rate kita juga masih di bawah 5%. Artinya, tanpa RSDC pun tidak masalah, karena memang tingkat kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi COVID-19 sudah cukup memadai,” tuturnya, Senin (26/12/2022).

Rahmad menyebut penyebaran COVID-19 secara nasional cukup stabil dibandingkan penyebaran secara global di China yang tambahan kasus harus kembali mengalami lonjakan. Menurut dia, penanganan COVID di Indonesia dengan China tidak bisa dibandingkan.

“Kita ketahui bersama di China terjadi lonjakan yang paling parah selama COVID ada, termasuk di Jepang juga kasus hariannya tinggi. Tapi perlu saya sampaikan bahwa kasus di China dengan Indonesia tidak bisa apple to apple. Heard immunity di China dengan Indonesia jauh lebih baik negara kita. Karena kasus pertama kali terdeteksi China langsung lockdown untuk mengantisipasi terjadinya penularan,” ujarnya.

Meski begitu, Rahmad tetap mendorong pemerintah Indonesia tetap menggencarkan vaksinasi ketiga atau booster ke masyarakat. Hal itu diperlukan untuk terus meningkatkan heard immunity masyarakat Indonesia.

“Harus kita kejar terus karena untuk menambah heard immunity di masyarakat. Pemberian booster jadi prioritas kita,” pungkasnya.