JAKARTA, Eranasional.com – Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai dukungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk kandidat capres dari PDIP sejauh ini lebih condong ke Puan Maharani ketimbang Ganjar Pranowo. Sinyal tersebut tampak dari tidak adanya perlakuan spesial terhadap dari para elit PDIP, termasuk Megawati, di momen HUT ke-5- PDIP, Selasa (10/1) kemarin.
“Mungkin saja sinyalnya memang Megawati atau PDIP masih berat hati terhadap Ganjar,” kata Ujang, Kamis (12/1/2023).
Lanjut Ujang, tidak tersorotnya Ganjar di acara HUT ke-50 PDIP kemarin bisa jadi karena Gubernur Jawa Tengah itu tak punya jabatan struktural di di partai. Sebaliknya, PUan mendapat perlakuan istimewa karena menjabat sebagai Ketua DPP PDIP. Tak heran jika dia dilibatkan dalam prosesi potong tumpeng hingga duduk di kursi baris terdepan.
Bisa jadi pula, Ganjar sengaja dipinggirkan untuk memberi ruang lebih besar kepada Puan. Sebabnya, dua nama kader PDIP ini digadang-gadang bersaing untuk mendapatkan tiket pencapresan.
“Ganjar di internal dipinggirkan, di eksternal banyak yang didukung karena memang polanya seperti itu, karena di internalnya ada Mbak Puan,” ucap Ujang.
“Kalau ada capres lain ibaratnya seperti ada Matahari kembar yang tidak boleh bersinar di partai. Biar saja sinarnya di luar,” sambungnya.
Bagaimana pun, kata Ujang, meski elektabilitasbya jauh tertinggal dari Ganjar, Puan adalah putrinya Megawati, sehingga tetap berpeluang besar diusung PDIP sebagai capres. Apalagi, kewenangan terkait pencapresan PDIP sepenuhnya menjadi kewenangan Mega.
“Hak prerogative ada pada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Memang di internal PDIP konstruksi politiknya sudah kita pahami bahwa dari petinggi sampai katakanlah pejabat di struktur partai, dukungan itu mengarah ke Puan,” tuturnya.
Kendati demikian, Ujang menilai, politik masih sangat dinamis. Pencapresan PDIP belum final meski diprediksi tetap berkutat pada dua nama itu, yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
“PDIP diperkirakan tidak akan mengumumkan capres dalam waktu dekat. Politik selalu berubah, selalu dinamis. Hari ini mungkin seperti itu, ke depan kita enggak tahu. Itu yang sulit dipelajari di politik,” ujarnya.
Pada HUT ke-50 PDIP yang digelar di JIXepo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1). Dalam pidatonya Megawati tidak menyebut nama Ganjar sekalipun. Ganjar juga tidak diperlakukan spesial sebagaimana elit-elit PDIP lainnya.
Dia tidak mendapatkan potongan nasi tumpeng dari Megawati, juga tidak duduk di barisan kursi tamu terdepan.
Namun, situasi berbeda ketika Ganjar beradadi luar ruangan. Saat tiba di lokasi HUT, ratusan kader PDIP mengerumuni dirinya untuk berjabat tangan, foto bersama, atau sekadar menyapa. Usai acara, Ganjar kembali diserbu oleh ratusan kader PDIP. Bahkan, teriakan “Ganjar Presiden” sempat menggema di kerumunan massa.
Berbeda dengan Puan yang lebih banyak mendapatkan sorotan di acara HUT ke-50 PDIP. Dia duduk di kursi terdepan bersama Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden Ma’ruf Amin, dan sejumlah elit PDIP lainnya.
Di penghujung acara, Puan juga turut naik ke panggung mengikuti prosesi potong tumpeng.
Tinggalkan Balasan