Awan mirip UFO melayang-layang di langit Jayapura, Papua. (Foto: ISTIMEWA)

JAKARTA, Eranasional.com – Amerika Serikat (AS) menembak jatuh objek terbang tak teridentifikasi atau Unidentifield Flying Object (UFO). UFO tersebut ditembak saat terbang di langit Alaska.

Dilansir Reuters, Sabtu (11/2/2023), jet tempur F-22 milik AS menembak jatuh UFO yang terdeteksi mengudara di langit Alaska kurang dari sepekan setelah jet tempur AS menembak jatuh balon mata-mata China.

Juru Bicara Pentagon, Brigjen Patrick Ryder menyebut jet tempur F-22 itu menembakkan sebuah rudal Sidewinder ke arah objek terbang seukuran mobil kecil pada Jumat (10/2) waktu setempat.

“Kami tidak tahu siapa yang memiliki objek ini,” ucap Juru Bicara Gedung Putih John Kirby dalam pernyataan terpisah.

Kirby menyatakan pihaknya belum mengetahui detail dari mana objek itu mulai mengudara. Perintah untuk menembak jatuh objek terbang itu diberikan langsung oleh Presiden AS Joe Biden dan diumumkan dari Gedung Putih.

Namun, Pentagon dan Gedung Putih menolak untuk memberikan gambaran detail soal objek terbang tak teridentifikasi itu. AS hanya menyebut UFO itu berukuran lebih kecil dari balon mata-mata China yang sebelumnya disebut memiliki tinggi hingga 60 meter dan membawa muatan ribuan pon.

Para pejabat AS juga menolak untuk berspekulasi soal objek misterius itu, bahkan setelah dilakukan pengamatan selama sehari. Hal itu kemudian memicu pertanyaan soal jenis objek misterius yang membuat para pilot dan pejabat intelijen AS yang sangat berpengalaman kesulitan untuk mengidentifikasinya.

Awan mirip UFO melayang-layang di langit Jayapura, Papua. (Foto: ISTIMEWA)

UFO Tak Berawak

Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyatakan UFO seukuran mobil yang ditembak jatuh di langit Alaska itu tidak berawak. UFO itu terdeteksi mengudara di ketinggian yang dinilai membahayakan lalu lintas udara sipil.

Pentagon menyatakan objek misterius itu pertama terdeteksi pada Kamis (9/2) waktu setempat dengan menggunakan radar darat. Jet tempur siluman F-35 kemudian dikerahkan untuk menyelidiki lebih lanjut.

Objek misterius itu disebut mengudara di ketinggian 40.000 kaki atau 12.190 meter ke arah timur laut. UFO itu berisiko membahayakan lalu lintas penerbangan sipil.

Objek misterius itu kemudian ditembak jatuh oleh sebuah rudal Sidewinder yang ditembakkan jet tempur F-22 pada Jumat (10/2) sekitar pukul 13.45 waktu setempat. Lokasi ditembak jatuhnya objek misterius itu ada di lepas pantai Alaska bagian timur laut, tepatnya di atas perairan teritorial AS yang membeku dekat perbatasan Kanada.

Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan pilot-pilot jet AS yang mengudara bersisian dengan objek terbang itu menetapkan tidak ada manusia di dalam UFO sebelum menembak jatuh objek tak dikenal itu. Ryder juga menyatakan objek terbang itu tidak mampu melakukan manuver dan tidak menyerupai pesawat terbang.

“Itu bukan sebuah pesawat,” ungkap Ryder.

Para pejabat AS menyatakan akan lebih mudah untuk mengevakuasi puing objek itu dari permukaan es dibandingkan perairan laut yang dalam.

Menteri Pertahanan (Menhan) Kanada Anita Anand dalam pernyataan terpisah, seperti dilansir CNN, menyatakan dukungan bagi AS untuk menembak jatuh objek terbang yang tidak pernah masuk ke wilayah udara Kanada itu.

Biden Anggap Misi Sukses

Perintah menembak jatuh UFO yang mengudara di langit Alaska itu diberikan secara langsung oleh Joe Biden. Dalam komentarnya, Biden menyebut misi itu sukses.

Saat ditanya apakah dirinya ada komentar soal objek terbang yang ditembak jatuh di langit Alaska, Biden hanya menjawab: “Itu sukses.”

Pertanyaan itu disampaikan saat Biden menunggu kehadiran Presiden Brasil Luiz Inacio Lula Da Silva tiba di Gedung Putih pada Jumat (10/2) sore waktu setempat.

Awan mirip UFO melayang-layang di langit Jayapura, Papua. (Foto: ISTIMEWA)

Awan Mirip UFO di Langit Papua

Sementara itu, warganet dihebohkan oleh kemunculan awan yang berbentu seperti UFO di langit Kota Jayapura, Papua. Awan itu kerap dikaitkan dengan kejadian gempa yang masih terus terjadi.

Kepala BMKG Yustus Rumakiek mengatakan awan tersebut memiliki nama awan Lenticularis. Awan Lenticularis berbentuk mirip lensa atau piring, yang terbentuk karena angin yang berembus sejajar dengan permukaan bumi, namun mendapat hambatan dari objek tertentu, seperti pegunungan, sehingga membuat arus udara bergerak naik secara vertikal.

“Awan ini terbentuk murni fenomena meteorologis (cuaca) dan tidak ada kaitannya dengan gempa bumi seperti yang beredar di masyarakat saat ini. Fenomena baru muncul sekali ini saja di wilayah Jayapura,” jelas Rumakiek, Sabtu (11/2/2023).

Dia menerangkan, jika udara naik dan mengandung banyak uap air serta bersifat stabil, saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung, uap air tersebut akan mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung. Awan ini diindikasi dengan aliran udara tidak beraturan (turbulensi) yang kuat di lapisan atmosfer sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan.

Sebelumnya, BMKG mengeluarkan hasil monitoring terhadap gempa bumi yang terjadi di Kota Jayapura, Papua. Tercatat ada sebanyak 1.174 kali gempa yang mengguncang sejak 2 Januari 2023.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan jumlah tersebut terhitung sampai hari ini, Sabtu (11/2) pukul 09.45 WIT. Terakhir diketahui gempa M 4,1 terjadi pada dini hari tadi pukul 00.39 WIB.

“Hasil monitoring BMKG, sejak gempa bumi M 5,4 Kota Jayapura tanggal 2 Januari 2023 hingga 11 Februari 2023 09.45 WIT telah terjadi gempa bumi di wilayah sekitar Kota Jayapura sebanyak 1.174 kali,” kata Daryono salami cuitannya di akun Twitter @DaryonoBMKG, Sabtu (11/2).

Dia menyebut dari jumlah gempa tersebut, sekitar 80 persennya tidak dirasakan. Tercatat ada 172 kejadian yang gempanya bisa dirasakan masyarakat.

“Dengan 172 kejadian di antaranya guncangannya dirasakan,” jelasnya.