Jakarta, ERANASIONAL.COM – Minyak sawit merupakan salah satu bahan baku dari energi baru terbarukan yang paling memungkinkan untuk menggantikan keberadaan bahan bakar konvensional atau fosil.

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut bahwa hasil assesmen yang dilakukan oleh tim energi terbarukan BRIN memungkinkan minyak sawit untuk dikembangkan.

“Minyak sawit mungkin dikembangkan karena ada tiga faktor yang menjadikan minyak sawit potensial, yakni kesiapan bahan baku, kesiapan teknologi dan hilirisasi, serta kebijakan pemerintah baik dari segi insentif, pendanaan, dan investasi,” ucapnya dikutip dari Antara, Minggu (3/3/2024).

Indonesia merupakan penghasil minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terbesar di dunia dengan produksi diperkirakan mencapai 44,2 juta ton.

“Potensi tersebut merupakan sumber yang sangat melimpah untuk digunakan sebagai sumber biodiesel,” tambah dia.

Lebih lanjut Yudhistira menyampaikan pemerintah sudah dan sedang menjalankan konversi bahan bakar minyak berbasis CPO, yaitu biodiesel B20 dan B30, serta ke depan B100 (green solar).

“Pengembangan teknologi produksi biofuel atau bahan bakar nabati berbasis minyak sawit mentah memerlukan biaya investasi yang tinggi, sehingga hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan bahan bakar alternatif tersebut,” ujarnya.

Yudhistira menuturkan pengembangan co-processing dalam memproduksi biofuel berbasis CPO perlu didorong agar dapat mewujudkan kemandirian energi di dalam negeri.

“Efisiensi produksi fosil fuel saat ini masih lebih tinggi daripada biofuel perlu dipertimbangkan terkait green inflation, sehingga perlu kebijakan hati-hati dalam penerapan secara nasional agar tidak memengaruhi keseluruhan perekonomian nasional,” pungkasnya.