Sebanyak 24% wilayah atau 167 ZOM kemudian baru memasuki musim kemarau pada Juni 2024. Wilayah tersebut meliputi sebagian besar pulau Sumatera, Banten, sebagian besar Jawa Barat, sebagian Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, serta Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar.

Terakhir, sebanyak 16% atau 133 ZOM merupakan daerah yang memiliki musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun.

“Jadi ada wilayah yang sepanjang tahun musim hujan terus, atau wilayah yang sepanjang tahun musim kemarau terus,” ujar Dwikorita.

Menurut BMKG, pergeseran musim kemarau ini masih bersifat normal. Namun, beberapa wilayah memang kemudian akan memiliki kelembaban yang lebih tinggi sehingga memicu kekeringan yang lebih buruk dari musim kemarau yang normal.

BMKG pun mendorong masyarakat untuk segera melakukan antisipasi berbagai dampak dari kekeringan ekstrem tersebut. Beberapa di antaranya gagal panen hingga kebakaran hutan dan lahan.

“Dan puncak musim kemarau secara umum terjadi Juli-Agustus, dan diprediksi akan terjadi fase La Nina lemah pada bulan Juli-Agustus-September,” ujar Dwikorita.