Karena kata dia Jokowi melakukan kampanye terselubung dalam kunjungan kerjanya ke berbagai daerah yang disertai pembagian bantuan sosial atau Bansos.

“Area operasi kunjungan Jokowi adalah wilayah di mana Prabowo Subianto ternyata meraih suara rendah pada Pemilu 2014 dan 2019 dengan sasaran pemilih diperkirakan 27 juta,” ucapnya.

“Kunjungan Pak Joko Widodo, yang paling bawah, di Jawa Tengah itu bansosnya luar biasa, intervensi terhadap aparaturnya luar biasa, dan kenaikan perolehan angka paslon 02 juga luar biasa,” jelasnya.

Ia kemudian mengambil contoh raihan suara Prabowo di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Di mana Pada 2014 raihan suara Prabowo yang kala itu yang maju bersama Hatta Rajasa hanya meraih 21,91 persen.

Kemudian, di 2019, suara Prabowo-Sandiaga Uno anjlok menjadi 9,01 persen.

Baca juga: Paslon 1 dan 3 Minta Pemilu Ulang, Ini Jawaban Menohok Gibran

“Tapi di tahun 2024 menjadi 75,39 persen itu artinya incredible, terjadi kenaikan 66,38 persen,” ucapnya.

Berdasarkan riset tersebut, pihaknya pun meyakini bahwa intervensi bansos, penggunaaan aparat-aparat negara dapat mempengaruhi peningkatan suara Prabowo-Gibran.

“Kami meyakini angka itu terjadi bukan karena kehebatan pemilih dalam memilih calon terbaiknya tapi ada intervensi luar biasa dari bansos, kunjungan-kunjungan dan sebagian aparatur serta the all of the president’s men,” tegas Bambang. []