“Dari segi ekonomi laut merah dan selat Hormuz itu menjadi penting, terutama karena selat Hormuz 33 ribu kapal minyak dan laut merah 27 ribu. Dan peningkatan freight cost menjadi salah satu yang harus dimitigasi,” tegas pria yang juga Ketum Partai Golkar ini.
Airlangga menilai fundamental ekonomi Indonesia saat ini tumbuh solid di kisaran 5 persen dan inflasi dalam rentang 2,5 plus minus 1 persen.
Neraca perdagangan Indonesia juga masih surplus dengan cadangan devisa mencapai 136 miliar dolar AS.
“Dari segi pasar keuangan, dolar index menguat di tengah rilis ekonomi Amerika yang menguat kemudian eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven, emas US dolar dan nikel alami kenaikan,” jelasnya.
“Nilai tukar dan IHSG mengalami pelemahan secara global, namun Indonesia dibandingkan peer countries relatif masih aman. Dan tentu kita perlu melakukan beberapa kebijakan. Antara lain bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan harga logistik dan minyak,” tegasnya.
Pemerintah, lanjut dia akan terus melihat reform struktural dan menjaga ekspektasi investor, memperkuat daya saing serta menarik investasi jangka panjang ke Indonesia.
“Kepastian kepastian ini harus dijaga,” tegasnya.
“Tentu nanti berbagai skenario sudah dibahas tentunya menjaga agar defisit berada di rentang yang diperbolehkan UU,” pungkasnya. []
Tinggalkan Balasan