Jakarta, ERANASIONAL.COM – Ketegangan antara China dan Taiwan terus meningkat. Terbaru, militer Negeri Tirai Bambu kembali ‘mengepung’ pulau yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Jumat (3/5/2024) bahwa pihaknya telah mendeteksi 26 pesawat China dan lima kapal angkatan laut di sekitar pulau itu dalam 24 jam terakhir.
Serangan ini terjadi beberapa minggu sebelum pelantikan presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, pada 20 Mei, yang dianggap oleh China sebagai separatis berbahaya.Sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan, sebagaimana dilansir AFP, mengatakan 17 pesawat “melintasi garis median dan memasuki ADIZ (zona identifikasi pertahanan udara) utara dan tengah Taiwan”.
Garis ini membagi dua Selat Taiwan, jalur air sempit sepanjang 180 kilometer (110 mil) yang memisahkan pulau itu dari daratan China.
Beijing, yang tidak mengakui garis tersebut, mengeklaim Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk menjadikan pulau itu berada di bawah kendalinya.
Di bawah pemerintahan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, ketegangan antara Beijing dan Taipei meningkat, karena ia dan pemerintahnya menolak klaim China atas pulau tersebut.
Wakilnya, Lai, memenangkan pemilihan presiden di pulau itu pada bulan Januari meskipun ada peringatan dari Beijing bahwa ia akan menyebabkan “perang dan kemunduran” bagi Taiwan.
Serangan terbaru ini terjadi sehari setelah Manila memanggil utusan senior China untuk memprotes insiden meriam air yang merusak dua kapal Filipina saat berpatroli di Laut China Selatan.
Sebuah kapal penjaga pantai dan kapal pemerintah lainnya rusak dalam insiden tanggal 30 April di dekat Scarborough Shoal yang disengketakan, menurut kementerian luar negeri Filipina.
Manila dan Beijing memiliki sejarah panjang sengketa wilayah di Laut China Selatan, dan kedua negara bertetangga ini telah terlibat dalam beberapa insiden maritim dalam beberapa bulan terakhir ketika mereka menegaskan klaim saingan mereka di jalur perairan strategis tersebut.
Perselisihan ini terjadi ketika Amerika Serikat (AS) dan Filipina melakukan latihan militer bersama, termasuk di dekat titik konflik di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan.
Latihan gabungan tersebut melibatkan simulasi perebutan kembali pulau-pulau yang diduduki musuh di wilayah yang berhadapan dengan Taiwan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan