Pada tanggal 20 Juni ini, ujar Seto, pihaknya akan melakukan modifikasi cuaca di wilayah gambut Riau. Kemudian akan dilakukan di Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Seto menjelaskan, musim kemarau tahun ini memang akan diwarnai dengan adanya fenomena iklim La Nina. Sebagai informasi, La Nina berdampak pada peningkatan curah hujan, berbalik dengan El Nino yang memicu kekeringan ekstrem saat musim kemarau.

“Hanya saja, La Nina tahun ini adalah La Nina lemah. Dampaknya akan berbeda-beda. Karena musim kemarau di wilayah-wilayah Indonesia itu berbeda-beda. Ada yang di bawah normal, artinya lebih kering. Ada yang normal, ada di atas normal. Jadi dampak La Nina tergantung karakteristik kemaraunya,” terang Seto.

“Intensitas kekeringan saat musim kemarau di daerah-daerah Indonesia juga akan berbeda-beda. Untuk itu, kita siap-siap mengantisipasi, baik lewat teknologi modifikasi cuaca, pompanisasi, dan lainnya. Kita semua bergerak,” pungkasnya.