Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/7) lalu. Dok BPMI

Jakarta- Sebagai rangkaian dari peringatan hari ulang tahun Planologi ITB ke-62, Ikatan Alumni Planologi ITB (API) bersama-sama dengan Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi Pangripta Loka ITB menyelenggarakan talkshow webinar AlumniBicara #2 dengan tema ‘Perencanaan di Masa Pandemi:

Bagaimana Mempersiapkan Ruang di Masa Depan’. Webinar ini menghadirkan narasumber dari berbagai institusi, mulai dari Bappeda DKI Jakarta, Tim Akselerasi Jawa Barat, WWF, CORE Indonesia, dan Telkom University. Keynote Speech dalam acara ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.

Dalam keynote speech, Menteri Kesehatan Budi Sadikin menyampaikan apresiasi dan mengingatkan urgensi pentingnya perencanaan wilayah dan kota serta profesi perencana di dalam mendukung bangsa Indonesia untuk melewati pandemi.

Menurut Budi, pada dasarnya peningkatan kasus infeksi Covid-19 terjadi akibat adanya kerumunan penduduk.

“Dengan ketidakpastian mengenai kapan pandemi akan berakhir, menjadi penting bagi para perencana wilayah dan kota perlu mengatur bagaimana tata ruang tidak berpotensi menimbulkan kerumunan dan bagaimana tata ruang dan rancang bangunan dapat mengakomodasi lebih banyak ruang terbuka, sirkulasi udara, dan cahaya matahari untuk mematikan virus,” tambahnya melalui virtual zoom, Sabtu (11/9)

Di akhir keynote speech, Budi mengajak semua hadirin untuk dapat menghadapi badai pandemi ini seperti nenek moyang bangsa Indonesia, para pelaut, menghadapi badai di lautan. Badai pandemi perlu dihadapi dengan memahami dengan baik karakter badainya dan bersama-sama secara kompak menggunakan kepandaian dan keahlian kita semua.

Ketua Tim Akselerasi Pembangunan Jawa Barat, Diding Sakri menyampaikan bahwa perencanaan perlu memerhatikan karakter pandemi dan dampaknya yang bersifat regional, terutama terkait ekonomi dan ketenagakerjaan. Diding menyebut kasus covid terkonsentrasi di kawasan perkotaan yang didominasi oleh kegiatan sektor manufaktur dan jasa.

Pemerintah Jawa Barat memfokuskan vaksinasi di daerah-daerah dengan kasus infeksi covid terbesar dan saat ini kecepatan vaksinisasi di Jawa Barat adalah yang paling cepat di Pulau Jawa. Di Jawa Barat sendiri, terjadi penurunan jumlah pekerjaan sebanyak 700 ribu pekerjaan di hampir semua sektor kecuali pertanian, kehutanan, dan perikanan yang diiringi penurunan PDRB sebesar sekitar Rp.1520 Triliun.

Survey JPAL menunjukkan ada fenomena urban-rural temporary migration yang cukup signifikan, sebanyak 700.000 orang selama pandemi, yaitu berpindahnya penduduk dari kota ke desa untuk mencari pekerjaan akibat parahnya pandemi di kota. Kondisi ini menjadi trend baru yang perlu diantisipasi oleh perencanaan wilayah dan kota.

Sementara dari perspektif perencanaan kota, Kepala Bappeda DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono menyampaikan sejumlah penyesuaian yang harus dilakukan oleh pemerintah DKI dalam hal penganggaran dan perencanaan tata ruang.

Salah satu isu penting yang dihadapi DKI saat ini adalah peningkatan jumlah anak yatim/piatu yang perlu dibantu oleh pemerintah dalam jangka panajng.

Djoko menyebut bahwa selain menghadapi pandemi, DKI juga tetap perlu tetap mengejar tujuan-tujuan pembangunan utama untuk mengantisipasi masa depan, antara lain visi DKI Jakarta untuk menjadi Pandemic-Proof City, Crisis-Resilient City, Digitally Advanced City, dan Sustainable & Livable City.

Peneliti dari Digital Business Ecosystem Research Center, Dodie Tricahyono menyampaikan pentingnya memahami perubahan gaya hidup, akibat pandemi, yang dirangkum dalam istilah Megashift: Stay@Home Lifestyle (online shopping, DIY), Empathic Society, Go Virtual, Bottom of The Pyramid (contact-free, pay-later, staycation).

Perubahan gaya hidup menjadi masukan ke dalam model pertumbuhan perkotaan untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi terhadap tata ruang. Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital yang akan menjadikan teknologi digital tidak sekedar teknologi namun juga lifestyle.

Percepatan transformasi ini perlu diantisipasi dan dikawal oleh perencanaan, karena meskipun IoT dapat memberikan efisiensi dalam berbagai proses, namun tidak otomatis akan meningkatkan kualitas kehidupan.

Isu perubahan komposisi pekerjaan dan migrasi menjadi hal yang ditekankan oleh Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia. Pandemi mengakibatkan meningkatnya pekerjaan sektor informal karena banyaknya perusahaan di sektor formal yang terpaksa merumahkan pegawainya.

Penataan ruang perlu untuk memerhatikan isu ini mengingat informalitas ketenagakerjaan memiliki kaitan yang erat dengan informal settlements (permukiman informal). Hal ini diperparah dengan fakta bahwa bahkan sebelum pandemi, jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur sudah menurun akibat peningkatan upah minimum yang cukup besar dan kecenderungan otomatisasi.

Selama pandemi, terjadi peningkatan pertumbuhan pendapatan dari minimarket sementara supermarket atau retail besar justru anjlok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi kegiatan ekonomi perdagangan yang dekat dengan tempat tinggal penduduk.

Isu penting terakhir yang perlu menjadi perhatian perencana adalah, karena banyak penduduk menghindari kerumunan di pusat kota, permintaan lahan di wilayah peri-urban / pinggir kota akan meningkat, sehingga harga lahan juga akan meningkat dan beresiko membuat sulit penduduk berpenghasilan rendah untuk dapat mengakses ruang untuk tempat tinggal.

Narasumber terakhir, Pitra Moeis mengingatkan pentingnya menyadari dan memahami perbedaan dampak pandemi dan tata ruang antara Pulau Jawa dan di wilayah lainnya di Indonesia. Pendekatan dan muatan perencanaan harus dirumuskan secara spesifik menyesuaikan dengan karakteristik wilayah yang akan direncanakan.

Menutup acara webinar tersebut, Budi Sadikin kembali mengingatkan pentingnya memahami pandemi melalui data dan riset serta upaya untuk flatten the curve, agar perencanaan dapat menghasilkan kebijakan yang paling tepat untuk membawa Indonesia keluar dari pandemi.