Jakarta, Eranasional.com – Kasus dugaan kekerasan dan pelecehan seksual kepada remaja perempuan kembali terjadi. Kali ini korbannya 3 remaja perempuan yang bekerja sebagai baby sitter, ketiganya mendapatkan perlakuan kekerasan dan pelecehan dari majikannya seorang pengusaha (AFR) ditempat mereka bekerja.

Ketiga remaja putri yakni RN(21), NV(20) dan Sbh(21). Salah seorang korban tersebut mengatakan dirinya dan kedua temannya mengalami kekerasan hingga pelecehan di tempatnya bekerja di salah satu perusahaan didaerah Jakarta Selatan.

Sbh (21) menceritakan awal mula kejadian terhadap dia dan kedua temannya kepada eranasional.com dikediamananya, Rabu (10/11).

Dia (Sbh) dan kedua temannya, mencoba menemui bosnya (AFR) untuk menanyakan perihal gaji mereka yang tak kunjung dibayarkan beberapa bulan belakangan ini, namun apa yang didapat malah justru mendapatkan perlakuan tindak kekerasan dan pelecehan, ironisnya sampai melepaskan busana secara keseluruhan alias bugil.

Sbh mengatakan, berawal dari 2 temannya dan dirinya menanyakan kejelasan gaji yang belum di bayarkan oleh majikannya, tak selang berapa lama mereka bertiga di bawa ke kantor yang berlokasi di daerah jakarta selatan oleh majikannya dan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari majikannya

“iyah pada tanggal 19 Oktober kita bertiga mencoba menanyakan tentang kejelasan gaji kita, kepada bos kami entah kenapa kita tuh malah dibawa kekantornya didaerah Lenteng agung, dan disitu saya dapat ancaman, kekerasan bahkan pelecehan.” Ucapnya.

Sbh mengatakan setibanya di kantornya pukul 11 malam, dirinya langsung dimarahi, dimaki serta di tampar oleh majikannya, KTP dan Handphone miliknya pun diambil oleh majikannya.

“Saya tiba sekitar jam 11 malam, sampai disana saya langsung dibawa keruangan bos saya, setelah itu saya dimarahi, dimaki sama di tampar dan KTP saya juga di ambil sama bos saya.” Terang Sbh.

“Saya diancam disuntikan narkoba, abis itu saya akan diperkosa oleh beberapa preman” tutur Sbh.” Lanjutnya menirukan ucapan Bosnya.

Dirinya tak habis fikir kalau majikannya sampai menyuruhnya untuk melepaskan seluruh pakaiannya.

“Yang saya tidak habis pikir, saya disuruh melepaskan pakaian, telanjang alias bugil, jujur saja, karena saya dalam posisi tertekan dan takut mas, mau tidak mau saya turuti kemauannya beliau (AFR), yah kira-kira sekitar 5 menitan saya bugil depan dia.” Tambahnya

Tak hanya sampai disitu AFR bahkan, memfoto dan memvideokan menggunakan Hp milikinya.

“Yang sangat saya sedihkan lagi, bos saya memfoto dan videokan kondisi saya tanpa busana menggunakan Hp nya. Setelah itu dia mengancam saya apabila saya laporkan polisi, foto dan video saya tadi akan disebarkannya”. Ujar Sbh

Selain Sbh, 2 temannya juga diduga mendapatkan perlakuan yang sama seperti dirinya. Namun dirinya tidak tau pasti apa yang majikannya lakukan kepada ke dua temannya tersebut

“Mengingat saya dan dua orang teman saya ditaruh ruang terpisah, saya tidak tau pasti mereka diapakan, tapi sepengetahuan saya ketika saya tanyakan, yah sama dengan yang saya alami.” Ujarnya.

Laporan Kepolisian di Polda Metro Jaya

Kemudian ditanggal 21 oktober, Sbh dan kedua temannya membuat laporan kepolisian di Polda metro jaya. Dan AFR sempat ditahan namun telah dibebaskan lagi.

Lanjut Sbh, setelah itu kami buat laporan kepolisian di Polda metro jaya, dan yang menanganinya di Unit IV, oleh pak TM dan AMN.

Sbh merasa bingung, majikannya yang diduga melakukan perbuatan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap dirinya dan temannya sudah dibebaskan padahal sudah ditahan oleh pihak kepolisan.

“Setelah beberapa hari bos kami AFR ditahan polisi dipolda, nah baru-baru ini saya dapat kabar oleh pihak kepolisian TM dan AMN, AFR telah dibebaskan, saya bingung kok bisa dibebaskan?? Tidak tau alasannya apa.” Katanya.

“Kalau pun ada perdamaian atau diselesaikan secara kekeluargaan, pasti ada pernyataan yang harus saya tanda tangani, atau kemungkinan kami cabut laporan, tapi kan ini tidak ada sama sekali.” Tambahnya

Sbh berharap kasusnya mendapatkan kejelasan dan keadilan, serta diproses dengan aturan hukum yang berlaku. Karena dengan adanya kasus ini dirinya menjadi trauma dan malu kepada keluarganya.

“Harapan saya, semoga kasus saya ini bisa jelas ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian, biar diproses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, jujur saja semenjak kejadian itu saya jadi trauma dan malu kepada keluarga saya.” Tutupnya (sf)