Petugas saat akan mengevakuasi korban letusan gunung semeru

Eranasional –  Pencarian korban hilang erupsi Gunung Semeru mengalami hambatan. Salah satunya, dikarenakan kondisi tanah yang masih panas.

“Tanahnya masih dalam kondisi panas. Jadi, alat berat pun tidak berarti untuk pencarian,” kata Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, Kolonel Inf, Irwan Subekti, Selasa (7/12).

Dia juga mengatakan pihaknya akan memfokuskan pencarian di Kampung Renteng dan Curah Kobokan yang merupakan daerah terdampak paling parah erupsi Gunung Semeru.

Iwan menjelaskan hingga saat ini, semua daerah terdampak dapat dijangkau, tetapi karena cakupan luas guguran Gunung Semeru melebar dan pasirnya panas, tindakan pencarian dan penyelamatan masih dilakukan secara terbatas.Langkah pencarian korban ke depan masih dilakukan secara manual dengan penciuman dan penglihatan, alat berat, maupun dilakukan bersama warga di lokasi pencarian.

“Pencarian sudah sampai hari keempat. Kami diberikan waktu satu minggu untuk pencarian secara optimal,” ujar Irwan.

Waktu pencarian dilakukan pada pagi hingga sore hari dengan memperhatikan situasi cuaca di Lumajang. Hal itu dikarenakan saat ini, setiap sore turun hujan sehingga berpengaruh pada proses pencarian. Dia mengatakan situasi lereng Gunung Semeru masih ada peningkatan tanda-tanda letusan yang perlu kewaspadaan tinggi.

Sebelumnya, terjadi letusan sebanyak dua kali pada Selasa (7/12) pagi hari bertepatan saat Presiden Joko Widodo meninjau lokasi pengungsian. Namun, peristiwa tersebut tidak begitu berdampak pada objek pencarian.

“Begitu pula dengan lahar panas yang tiap saat juga dapat pengaruh dari atas, yakni Sungai Kobokan,” kata dia.

Sebelumnya dilaporkan 34 orang meninggal dunia dan 22 orang dinyatakan hilang dalam bencana erupsi Gunung Semeru. Rumah yang terdampak sebanyak 5.205 unit.

Data pengungsi sebanyak 4.250 orang, tersebar di beberapa tempat, di sekolah-sekolah masjid, balai desa, dan rumah penduduk atau rumah saudara para korban.