Eranasional.com – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meyakini target investasi pada 2022 sebesar Rp 1.200 triliun tercapai. Syaratnya, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai di atas 5%. Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dilakukan sejalan kebijakan kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19.

“Pertumbuhan ekonomi nasional kita semakin hari semakin baik. Saya yakinkan investasi kita di 2021 akhir akan mencapai Rp 900 triliun dana 2022 investasi Rp 1.200 triliun kita ingin menggenjot bagaimana caranya pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5%,” ucap Bahli dalam acara Rilis Temuan Survei Indikator Politik Indonesia pada Minggu (9/1/2022).

Dia mengatakan pihaknya telah mempelajari kondisi 2020 dan 2021 sebagai landasan dalam menjalankan peningkatan realisasi investasi di 2022 ini. Saat ini sedang terjadi peningkatan kasus Covid-19 karena penyebaran varian omicron.

Bahlil mengatakan saat masih menjadi pengusaha, pihaknya melihat masalah sebagai peluang bisnis. “Jadi omicron ini bisa mendatangkan cuan, ketika Eropa tidak mampu mengoptimalkan kita bisa melakukan penetrasi ekspor. Saya pikir no issue lah, kita bisa memanfaatkan problem dunia untuk menjadi keunggulan komparatif kita dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional lewat investasi dan ekspor impor,” tutur mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini.

Upaya penciptaan lapangan kerja tidak mungkin sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah. Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan Undang Undang Cipta Kerja yang memberikan kemudahan perizinan bagi pengusaha dalam memulai usaha. “Kita permudah perizinan dalam rangka bagaimana mempercepat teman-teman menjadi dunia usaha. Kita harus mendorong investor baik dari dalam maupun luar untuk mengeksekusi perencanaan investasi mereka,” ucapnya.

Pemerintah juga mendorong rasio kewirausahaan, yang saat ini baru 3,6%. Pemerintah menargetkan untuk mencapai rasio kewirausahaan hingga dapat mencapai 3,95% pada akhir tahun 2024. Jika dibandingkan dengan negara tetangga angka ini masih termasuk kecil sebab Malaysia dan Thailand rasio kewirausahaannya sudah mencapai 4,5%. Sedangkan Singapura sudah mencapai 8,7%.

“Pertumbuhan ekonomi nasional 57% berasal dari konsumsi dan 31% investasi. Konsumsi itu bisa terjadi kalau ada daya beli, daya beli bisa terjadi kalau ada kepastian pendapatan kepastian pendapatan bisa terjadi kalau ada lapangan pekerjaan. Idealnya (rasio kewirausahaan) kita harus double digit,” ucapnya.