Eranasional.com – Mungkin selama ini dari informasi yang beredar terkait orang-orang yang rentan dengan Virus Corona atau COVID-19 adalah para lanjut usia (lansia) dan orang-orang yang memiliki riwayat penyakit sehingga terjadi komplikasi dan menyebabkan kematian. Fakta baru, Virus Corona atau COVID-19 sangat mudah menginfeksi para perokok atau apapun segala kegiatan yang melibatkan fungsi sistem pernafasan tubuh seperti nge-fave, karena Virus Corona tau COVID-19 menyerang paru-paru. Jadi buat para perokok mulai berhati-hatilah karena ini bukan lagi sekedar urusan cuci mencuci tangan pakai sabun atau cairan alkohol lalu tidak usap-usap wajah dan mata saja maka tidak akan tertular Virus Corona atau COVID-19.

Dalam laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan merokok tidak dapat menyembuhkan orang yang mengidap virus Virus Corona atau COVID-19. Justru merokok dapat berbahaya. Belakangan perokok disebut-sebut menjadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi COVID-19. Sebab, dalam tubuh perokok terdapat reseptor yang disukai Virus Corona atau COVID-19. Ini bukan persoalan menakut-nakuti para perokok yang harusnya juga mulai berikhtiar dengan berhenti merokok dalam kondisi saat ini jika tidak ingin terinfeksi. Karena tidak cukup mencegah orang lain “social distancing” dan teriak orang-orang tidak di tempat keramaian agar tidak tertular, bila diri sendiri tidak memutuskan mata rantai penyebarannya dengan berhenti merokok.

Hal ini juga dibenarkan Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman, Prof. Dr. Amin Soebandrio, yang menjelaskan, pada tubuh perokok terdapat kandungan ACE2 dan CD209 yang sangat menonjol. Kandungan ini membuat virus lebih cepat berlabuh, ini alasan mengapa yang merokok lebih banyak kena virus, karena reseptornya lebih banyak. Mengenai hal ini, Prof. Dr. Amin Soebandrio mengingtakan agar masyarakat perlu mengetahui bagaimana perilaku merokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi dan perparah komplikasi Covid-19, sehingga masyarakat lebih waspada

Sejumlah literatur juga memperkuat adanya hubungan antara perokok dan karakteristik pasien yang terinfeksi Virus Corona atau COVID-19. Di antaranya dijelaskan dalam jurnal Epidemiological and Clinica/Features of The 2019 Novel Coronavirus Outbreak in China dan rata-rata yang menjadi korban adalah para pria perokok dan wanita perokok. Sekelompok peneliti dari China dengan beragam institusi menyebutkan tingkat keparahan Virus Corona pada laki-laki di China lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebab, kebanyakan laki-laki di China merupakan perokok berat. Dalam studi ini juga disebutkan sebanyak 61,5 persen penderita pneumonia berat akibat virus Corona adalah laki-laki. Adapun tingkat kematiannya 4,45 persen pada laki-laki dan hanya 1,25 persen pada pasien perempuan.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB, FINASIM, FACP juga mengatakan, seorang perokok aktif dipastikan menghisap kandungan seperti nikotin dan tar yang dapat mengganggu sistem paru-paru dan berpotensi lebih mudah terkena penyakit termasuk Corona virus atau COVID-19. Virus Corona menyerang paru-paru, dan kegiatan merokok itu sasarannya alat pernafasan yaitu paru-paru. Saat merokok kualitas paru-paru menurun, ini yang dalam istilah kedokteran disebut PPOK  atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis kalau seseorang itu merokok dalam waktu yang lama.

Prof. Dr. dr. Ari juga menyebutkan jika PPOK jadi salah satu penyakit komorbid atau penyakit penyerta, karena 90 persen berasal dari rokok, sehingga daya tahan tubuh menjadi lemah dan Virus Corona atau COVID-19 akan mudah masuk dan menyebar. Kasus-kasus yang meninggal itu adalah penyakit penyertanya, atau yang disebut komobid itu salah satunya adalah dari PPOK. PPOK itu boleh bilang 90 persen dari rokok, jadi dapat dipastikan menularnya dari kegiatan merokok. Intinya, seorang perokok lebih rentan terkena Virus Corona atau COVID-19 dibanding dengan yang tidak merokok, karena perokok rentan terhadap infeksi paru-paru.

Ketua Kelompok Kerja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Feni Fitriani menyebut selama ini banyak yang menyebarkan informasi tidak benar terkait rokok dan virus. Feni menyebut banyak yang menganggap rokok bisa membunuh virus karena menimbulkan sensasi hangat. Padahal menurutnya tidak seperti itu. Rokok tidak melindungi tubuh dari virus apapun. Buktinya sebagaimana diketahui, bahkan kalau bisa dibilang malah menjadi resiko double yaitu infeksi paru dan COVID-19. karena tanpa Virus Corona atau COVID-19 saja orang yang merokok sudah mengalami kerentanan di saluran nafas atau paru-paru seperti tuberculosis (TBC), pneumonia, dan kanker paru.

Para perokok selalu mencari kebenaran untuk urusan hobby merokok, tapi masihkah berpesan dan mengingati orang lain untuk tidak berkumpul, tidak ke tempat ibadah atau ke tempat dimana Virus Corona atau COVID-19 mudah menyerang tubuh kalau ternyata diri sendiri karena merokok ternyata rentan terinfeksi? Apa masih mau bilang mati kapan saja bisa terjadi kalau harus terjadi tidak harus menimpa para perokok? Silahkan saja itu pilihan Anda. Kematian memang seharusnya tidak membuat Anda takut atau panik karena peringatan bahaya merokok tidak pernah Anda pedulikan. (yan Djuna)