Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

Eranasional.com – Manuver Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyaksikan aksi ‘spektakuler’ Nidji di Jakarta International Stadium (JIS) menunjukkan perbedaan kelas politiknya dari Ketua Umum PSI Giring Ganesha.

Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menganggap wajar dan lumrah jika Anies bermanuver untuk menyindir balik lawan politiknya di DKI Jakarta itu.

Dalam perspektif komunikasi politik, kata Kunto, seorang tokoh politik memang tidak bisa terus berdiam diri ketika mendapatkan kritikan maupun ejekan dari lawan politiknya.

Hanya saja, dalam merespon hal tersebut tokoh politik juga tidak boleh bersifat reaksioner atau menunjukan emosi berlebihan. Pasalnya, alih-alih mendulang sentimen publik cara respons seperti itu dinilai Kunto hanya akan mencederai citra politiknya sendiri.

“Dalam komunikasi politik, seorang tokoh tidak bisa diam saja ketika terus menerus dikritik, diejek atau disindir. Namun yang tidak boleh itu sangat reaksioner, atau menunjukkan emosi berlebihan sampai marah,” ujarnya Dikutip dari CNNIndonesia.com, semalam (17/1).

Kunto menilai cara Anies menyindir balik Giring PSI dengan mengundang grup band Nidji merupakan langkah cerdas. Termasuk menyematkan diksi ‘suara merdu, tidak sumbang’ dalam sanjungannya.

Direktur Eksekutif KedaiKOPI ini menilai, langkah sederhana Anies tersebut tepat sasaran dan berhasil meraih atensi publik. Mengingat, Giring yang merupakan eks vokalis Nidji, acapkali ‘bersuara’ terhadap apapun yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta itu.

“Menurut saya apa yang dilakukan Pak Anies sesuatu yang cerdas. Ini jelas dibaca secara metafora oleh publik maupun oleh Giring sendiri sebagai sebuah sindiran atau kritik balasan yang dilakukan Anies Baswedan,” tuturnya.

Beda Kelas Anies dan Giring

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai langkah cukup berani yang dilakukan Anies itu lantaran ia sudah mulai ‘gerah’ dengan pelbagai sindiran atau ejekan dari PSI, terutama dari Giring.

Dugaan kekesalan itu, kata dia, semakin menguat apabila melihat diksi ‘sumbang’ yang dipilih oleh Anies. Ia menduga, sindiran tersebut memang ditujukan secara khusus kepada Giring.

“Ada indikasi Anies mulai terpancing dengan tekanan komentar PSI, terutama dari Giring Ganesha. Dan bisa jadi sebenarnya itu yang diharapkan oleh PSI, agar ikut meningkat popularitasnya dengan Anies,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/1).

Dedi mengatakan, balasan sentilan semacam ini sesekali memang perlu dilakukan Anies terhadap lawan politiknya untuk menjaga ritme popularitasnya sendiri. Hanya saja, ia tidak menyarankan kejadian ini terjadi berulang kali dan berlebihan.

Meski begitu, diakui Dedi, sindiran halus dari Anies tersebut cukup berhasil mendapatkan sentimen publik dalam merespons riuh yang selama ini ditimbulkan oleh PSI. Sementara kesan intelektualitas yang selama ini disandang Anies masih tetap dapat terjaga.

“Respons halus ini berhasil memantik publik, tanpa harus kehilangan kesan intelektualitas yang selama ini disandang Anies. Ia tetap dalam koridor elegan dan santun,” tuturnya.