Di San Fransisco, diadakan sebuah kampanye edukasi publik yang diselenggarakan oleh Red Cross, yang mengharuskan orang-orang untuk menggunakan masker ketika sedang keluar dari rumah.

Di beberapa wilayah, kebijakan-kebijakan ini dilakukan secara ketat oleh para petugas dan polisi, yang memiliki wewenang untuk memberlakukan denda, dan juga terkadang para polisi dan petugas dilengkapi dengan senjata.

3. HIV/AIDS (abad ke-20)

Kasus pertama dari HIV/AIDS di dunia bagian Barat muncul pada 1981.

Sejak saat itu, sekitar 75 juta orang telah terjangkit HIV, dan sekitar 32 juta jiwa orang telah meninggal akibat penyakit ini.

Beberapa pembaca mungkin bisa mengingat betapa kacau dan menakutkannya pandemi HIV/AIDS pada masa-masa awal kemunculannya (dan ketakutan ini masih berlaku di beberapa negara berkembang).

Saat ini, banyak orang telah paham bahwa para pengidap HIV menjalani pengobatan, sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami komplikasi penyakit yang serius.

Pengobatan ini dikenal dengan dengan istilah antiretroviral yang dapat menghentikan replikasi dari virus HIV. Hal ini menyebabkan jumlah virus tersebut tidak terdeteksi di darah si pengidap. Beberapa bukti menunjukkan bahwa orang yang viral load-nya atau jumlah virusnya tidak terdeteksi tidak dapat menyebarkan virus HIV kepada orang lain, meskipun melalui hubungan seks.

Kondom dan PPrP (“profilaksis prapajanan”, sebuah pil antiretroviral yang diminum sehari sekali), dapat digunakan untuk orang yang tidak mengidap AIDS untuk mengurangi resiko terjangkit virus HIV.

Sayangnya, pada kasus COVID-19, hingga saat ini, belum ada antivirus yang telah terbukti dapat mencegah dan mengobati penyakit ini, namun berbagai riset sedang dilakukan untuk mencari obat untuk mengatasi penyakit ini.