Inggit Garnasih (Foto: ISTIMEWA)

JAKARTA, Eranasional.com – Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri berpesan kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk memperjuangkan Inggit Ganarsih sebagai Pahlawan Nasional. Inggit merupaka istri kedua Presiden RI pertama, Soekarno, yang merupakan ibu tiri Megawati.

Hal itu diungkapkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat menyampaikan sambutan di acara Senam Indonesia Cinta Tanah Air (Sicita) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/1/2023).

Mulanya, Hasto mengucapkan terima kasih kepada Ridwan Kamil yang mengabadikan rekam jejak Bung Karno di Kota Bandung.

Lalu, dia menyampaikan pesan Megawati kepada Ridwan Kamil untuk memperjuangkan Inggit Garnasih sebagai Pahlawan Nasional.

“Tadi saya sampaikan pesan Ibu Megawati kepada Bapak Ridwan Kami terkait dengan Ibu Inggit. Mari kita perjuangkan sebagai Pahlawan Nasional. Saudara-saudara sekalian, selamat berjuang,” kata Hasto.

Menanggapi itu usulan tersebut, Ridwan Kamil mengaku sangat terharu .

“Saya sangat terharu di podium ini, Pak Sekjen. Atas nama masyarakat Jawa Barat, barusan saya mendengar kabar bahwa Bu Inggit Garnasih disetujui untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional,” ungkap RK saat sambutan di Plataran Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/1/2023).

Dalam kesempatan itu, RK melaporkan hasil kerjanya dalam mengabadikan jejak Bung Karno di Bumi Pasundan. Pertama, dia menyebut telah mendedikasikan satu jalan di sebelah Gedung Merdeka menjadi Jl Dokter Insinyur Sukarno.

Kemudian, dia menyebut telah selesai melakukan revitalisasi terhadap Penjara Banceuy. Kini penjara itu disebut sudah sangat representatif.

“Kedua, menjelang Konferensi Asia Afrika (KAA), saya juga sudah menyelesaikan revitalisasi penjara Banceuy Bung Karno yang dulu terbengkalai sekarang sudah sangat representatif,” ujar Ridwan Kamil.

Sejarah Soekarno-Inggit Garnasih

Pertemuan Bung Karno dan Inggit pertama kali terjadi saat Bung Karno menempuh pendidikan di Technische Hoge School (THS) Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB). Inggit dikenal sebagai ibu kos Bung Karno selama di Bandung.

Tempat tinggal Bung Karno dibantu oleh Haji Sanusi yang tidak lain adalah teman HOS Tjokroaminoto. Kala itu, Inggit Ganarsih masih berstatusistri Haji Sanusi.

Dikutip dari buku ‘Perempuan-perempuan Pengukir Sejarah’ kata Mulyono Atmosiswartoputra, kedekatan Bung Karno dengan Inggit Garnasih bermula saat mereka berdua saling menceritakan kehidupan rumah tangga masing-masing. Bung Karno saat itu diketahui telah menikah dengan gadis muda bernama Utari.

Hanya, Bung Karno hanya menganggap Utari sebagai adiknya. Sedangkan Inggit Garnasih dianggap seperti sosok ibu karena selalu menyiapkan masakan, membereskan makanan, melayani, memperhatikan pakaian, hingga mendengarkan buah pikiran Bung Karno.

Inggit pun demikian, ia berkeluh kesah mengenai kelakuan suami yang suka bermain judi dan biliar. Bahkan Haji Sanusi tidak pernah peduli terhadap istrinya.

Awal Mula Cinta Bersemi

Kesamaan masalah rumah tangga itu pun membuat mereka akhirnya menumbuhkan ketertarikan. Walaupun begitu, Inggit Garnasih sempat menasihati Bung Karno agar memperbaiki pernikahannya dengan Utari.

Cinta mereka berdua juga diketahui oleh pasangan masing-masing. Haji Sanusi tahu apa yang terjadi, tetapi tidak ada usaha untuk merebut Inggit Garnasih karena pernikahannya telah lama rusak. Sedangkan Utari sadar pernikahannya tidak membawa kebahagiaan.

Setelah dipikirkan secara matang, Bung Karno akhirnya memulangkan Utari ke rumah orang tuanya, HOS Tjokroaminoto, di Surabaya, Jawa Timur, pada 1922. Ia memulangkan secara baik-baik dan menceraikannya.

Bung Karno kemudian kembali ke Bandung. Ia pun menyampaikan isi hatinya kepada Inggit Garnasih dan disambut pula perasaan itu. Keesokan harinya, Bung Karno memberanikan diri untuk menyampaikan hal tersebut kepada Haji Sanusi.

Dengan bijaksana dan keikhlasan hati, Haji Sanusi menceraikan Inggit Garnasih. Namun ia membuat perjanjian dengan Bung Karno, yakni jika dalam waktu 10 bulan Bung Karno menelantarkan atau menyakiti Inggit Garnasih, Bung Karno harus mengembalikan Inggit kepada Haji Sanusi.

Inggit Garnasih dan Bung Karno pun menikah pada 24 Maret 1923. Dalam surat pernikahan tersebut tertulis usia Bung Karno adalah 24 tahun saat menikah dan Inggit 23 tahun. Padahal sebenarnya Sukarno 22 tahun dan Inggit 35 tahun.

Selama pernikahan itu, Inggit Garnasih selalu membantu Bung Karno penuh dengan keikhlasan. Bahkan, pada 1927, Inggit menjadikan rumahnya sebagai tempat deklarasi berdirinya organisasi politik Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).

Selain itu, perjuangan Inggit Garnasih dalam membantu Bung Karno juga terlihat dari caranya merawat, seperti meramu jamu, membuat bedak dan parem. Ia juga sering menjahit kutang, menjual rokok, menjadi agen sabun dan cangkul, bahkan menggadaikan perhiasannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Kesetiaan Inggit Garnasih

Kesetiaan Inggit Garnasih pada Bung Karno juga terbukti kala ia menjual segala miliknya, termasuk rumah keluarga dari ibunya. Hal itu dilakukan kala Bung Karno diasingkan ke Ende di Pulau Flores.

Namun pernikahan Bung Karno dan Inggit harus ditimpa godaan kala Bung Karno diasingkan ke Bengkulu. Di sana, ia mengajar sebagai guru dan bertemu dengan Fatimah (lebih dikenal dengan nama Fatmawati), yang merupakan anak Ketua Muhammadiyah setempat Hassan Din. Fatmawati adalah ibundanya Megawati Soekarnoputri.

Bung Karno jatuh cinta pada Fatmawati dan ingin menikahinya demi memiliki anak. Selama ini diketahui, anak Inggit Garnasih dan Bung Karno adalah anak angkat, namun Bung Karno ingin memiliki keturunan langsung dari dirinya.

Akhirnya Bung Karno memberikan solusi dengan memadu. Bahkan ia juga berjanji menjadikan Inggit sebagai first lady saat Indonesia merdeka. Namun Inggit menentang dan kukuh pada pendiriannya untuk tidak mau dimadu.

Inggit pun melepaskan Bung Karno kepada Fatmawati. Ia meminta dipulangkan ke Bandung. Mereka akhirnya resmi bercerai pada 29 Januari 1943 dengan perjanjian di bawahnya berupa jaminan hidup dan tunjangan yang disaksikan oleh Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH Mas Mansoer.

Inggit Garnasih meninggal dunia pada 13 April 1984 dan dimakamkan di TPU Caringin, Bandung. Untuk mengenang jasanya juga, kediaman dia dijadikan museum dan nama jalannya menjadi Inggit Garnasih.