Menteri Pariwasata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berpelukan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, Eranasional.com – Wacana menduetkan Anies Baswedan dengan Sandiaga Uno sebagai pasangan capres-cawapres 2024 membuat internal Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) kisruh. PKS membuka peluang wacana duet itu, Partai Demokrat menolak, dan Partai Nasdem mengingatkan PKS untuk berhati-hati membicarakan figur bakal cawapres Anies.

Juru bicara PKS Ahmad Mabruri tak sepakat dengan pernyataan Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat Andi Arief yang menyatakan partai besutan Presiden RI ke-6, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut telah menutup peluang mengusung Sandiaga Uno untuk menjadi cawapresnya Anies Baswedan.

Menurut Mabruri, semestinya dalam politik tidak boleh ada ucapan menutup komunikasi.

“Kita serahkan ke tim 8 saja, biar digodok di sana. Yang jelas dalam politik itu tidak boleh menutup komunikasi dan peluang kepada siapapun itu,” kata Mabruri, Jumat (14/4).

Soal kriteria yang diajukan eks Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK), PKS menyatakan setuju, namun keputusan akhir tetap berada di Anies Baswedan.

“PKS setuju dengan pendapat Pak JK. Cawapres Anies harus bisa menambah suara dan bisa kerja sama dalam pemerintahan. Sesuai dengan MoU yang ditandatangani partai pengusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan,” ujarnya.

“Mengenai siapa saja nama-namany,bsilakan masing masing partai usulkan. Nanti Anies Baswedan yang pilih,” sambung Mabruri.

Sebelumnya, Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief mengatakan bahwa soal siapa yang akan menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan, akan dibicarakan oleh tim Koalisi Perubahan. Dan, ditegaskannya, Demokrat tidak akan membahas sosok Sandiaga Uno sebagai bakal cawapres Anies.

“Soal itu nanti dibicarakan. Pastinya, Demokrat tidak akan menbahas nama Sandiaga Uno, sudah kita tutup. Tidak akan membicarakan nama itu lagi. Tapi, kalau nama-nama lain silakan dibicarakan nanti,” kata Andi, Jumat (14/4).

Meski begitu, Andi Arief tak memungkiri bahwa setiap partai politik yang tergabung di KPP berhak mengajukan nama bakal cawapres, dan keputusan akhirnya berada di Anies Baswedan.

“Tergantung Pak Anies akan memutus siapa, apakah Mas AHY, apakah calon yang dikemukakan oleh PKS, atau calon yang dikemukakan oleh Nasdem,” ujarnya.

Sementara itu, politisi Partai Nasdem Ahmad Ali meminta PKS hati-hati bicara soal sosok cawapres Anies.

“Sandiaga mendampingi Anies? Lah apa tidak dianggap pengkhianat nanti Sandiaga? Tidak elok membicarakan, Sandiaga kan kader partai lain, jadi menurut saya sebaiknya teman-teman PKS berhati-hati membicarakan tentang figur,” kata Ali, Sabtu (15/4/2023).

Ali menjelaskan, Nasdem tidak pernah tertarik membicarakan figur yang akan mendampingi Anies. Tetapi, Nasdem lebih tertarik membicarakan soal kriteria yang dibutuhkan Anies agar elektabilitas meningkat dan menjadi pemenang di Pilpres 2024 nanti.

“Kalau Nasdem tidak pernah tertarik membicarakan tentang figur, kami lebih tertarik berbicara tentang kriteria, jadi kriteria yang dibutuhkan Anies jadi pemenang untuk jadi presiden itu apa. Kalau kita bicarakan konteks figur maka kita tidak bisa petakan wilayah, sehingga cawapres yang akan mendampingi Anies belum tentu bisa berkontribusi elektabilitas suara kemenangan Anies. Malah bisa jadi orang itu bukan menambah suara Anies tapi menjadi beban Anies,” ucap Ali.

Ali pun menyatakan, bahwa Nasdem tidak merekomendasikan Sandiaga Uno menjadi sosok cawapres Anies. Dia melihat sosok Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga ikut bersaing di Pilpres 2024.

“Khusus untuk Mas Sandi, saya tidak merekomendasikan karena dia adalah kader Partai Gerindra. Secara etika dia tidak pas untuk kita bicarakan, saat di mana ketua umumnya (Prabowo Subianto) juga sedang bertarung maju sebagai capres,” ujarnya.