Eranasional.com – Masa-masa kurangnya kepenatan class educative meyakinkan alibi dengan penuh bertanggung jawab. Alibi edukasi dengan tingkatan porsi pun merendah. Alhasil, situasi konstruktif pembelajaran menuai koreksian terhadap pelaku maupun obyek pendidikan.

Sorotan Masyarakat

Anak-anak dalam usia sekolah pada setiap akhir tahun pelajaran dari setiap lembaga pendidikan atau sekolah menjadi fokus sorotan masyarakat. Tak lain dan tak bukan masyarakat hanya menujukan perhatiannya terhadap bobot pendidikan. Bobot pendidikan yang masih rendah dan cenderung stabil dalam peningkatan rating edukatifnya. Baik itu di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini tertilik dari rendahnya hasil nilai ujian nasional (UAN). Adakah korelasi dasar yang menjadi aktor dominan dalam proses belajar mengajar tersebut? Ada beberapa aspek. Namun demikian aspek yang signifikan yaitu terletak pada tenaga pendidik atau guru. Kerendahan suatu hasil pembelajaran biasanya dihubungkan dengan bobot dan mutu guru yang menjadi duduk persoalannya. Di samping juga yang tak kalah pentingnya yaitu kualitas pendidikan guru. Hal keduanya ini yang kiranya menjadi persoalan yang harus ditingkatkembangkan agar menuai hasil yang diharapkan.

Dalam upaya menciptakan dan mengondisikan situasi yang diharapkan, pelbagai cara telah ditempuh termasuk di dalamnya usaha preventif menggalakkan kualitas guru dan pendidikan guru. Seperti adanya pengajaran dengan sistem CTL (contextual teaching learning), kemultifungsian laboratorium baik untuk program IPA, bahasa, maupun computer. Guna mencapai hasil yang memuaskan dan maksimal seyogianya guru tidak saja harus pandai namun juga lebih kreatif.

Guru Lebih Progresif dan Produktif

Sebagai aktor penentu, guru harus bisa melakukan kegiatan dan usaha yang dengan pertimbangan apa pun dapat memperbaiki pengajaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Selalu diusahakan dapat menciptakan peningkatan dalam prosesi pembelajaran bertolak dari pengalaman yang dimilikinya. Guru lebih progresif dan produktif dalam menciptakan kondisi yang berkorelasi dengan mental dan emosi siswa. Siswa diusahakan secara naluri dan inteligentif dapat berhasil menguasai bahan pembelajaran yang mengena. Keterampilan seorang tenaga edukasi perlu dikedepankan dalam mengajar. Edukatif antarguru maupun dewan sekolahan perlu dibina dengan seringnya berdiskusi baik secara ilmiah maupun secara pembelajaran. Guru harus juga mengetahui emosi, perilaku, maupun daya tangkap anak didiknya guna meningkatkan kualitas peserta didik. Hal ini bisa saja ditempuh dengan cara mengusahakan aneka sumber maupun replika yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar. Juga penting, guru secara berkala melakukan suatu analisis terhadap hasil proses belajar sehingga diperoleh daya tangkap siswa yang sebenarnya dalam menguasai pembelajaran di dalam kelas. Berdasar pemikiran dan praktik yang demikian, didapatkan peranan guru dengan profesionalisasi guru yang tinggi akan mudah tercapai.

Kompetensi Guru yang Mutlak

Sebagai landasan kuat dalam proses belajar dan mengajar, kompetensi guru mutlak diperlukan untuk membentuk keberbobotan dalam penguasaan materi pembelajaran oleh siswa. Adapun kedominanan kompetensi guru yaitu sebagai berikut.

– Guru dituntut untuk kecakapannya dalam penguasaan keilmuan yang diajarkan pada peserta didiknya.
– Progresif, produktivitas, serta keterampilannya dalam prosesi pengajaran dan berhasil mendidik serta mengajar siswa.
– Menyikapi jauh ke depan dengan prospektivitas terhadap profesinya guna peningkatan kompetensinya yang berkorelasi dengan profesinya tersebut.

Pada kondisi yang demikian kompetensi seorang guru dalam mewujudkan dan menjalankan kurikulum sangat dipentingkan sekali. Harapan peserta didik untuk menguasai dan memiliki sistem dan pembelajaran dalam kurikulum dapat terealisasi dengan sempurna. Kompetensi profesional seorang tenaga pendidik atau guru dapat mewakilkan tentang tugas dan tanggung jawab yang diampunya.

Dasar Evaluasi Pendidikan

Zaman semakin modern. Globalisasi di pelbagai bidang seolah merupakan keharusan yang tidak bisa dipungkiri baik dari segi kurang dan tambahnya. Suatu bangsa atau negara akan dengan mudah memasuki zaman globalisasi secara mudah dan sinergisan yang kontinuitas jika negara dan bangsa tersebut memiliki tingkat pendidikan yang berkualitas. Yang menjadi titik tolak dan dasarnya evaluasi pendidikan suatu bangsa yaitu terletak pada proses belajar dan mengajar yang berlangsung di dalam kelas. Di sinilah seorang pendidik lagi-lagi menjadi aktor yang sekaligus kreator.

Terlepas dari predikat sebagai tenaga pendidik, guru seyogianya bisa menciptakan suasana menyenangkan untuk mengkaji keminatan pada peserta didiknya. Tenaga pendidik dituntut untuk bisa mengeluarkan ide-ide yang cemerlang serta bisa mengekspresikan kreativitas dalam batas norma secara konsisten dan bertanggung jawab secara penuh.

Replika edukatif yang transparansi mestinya juga melekat pada diri seorang guru. Tak boleh terlewat juga, sosok suri teladan, kebesaran hati dan jiwa, serta wawasan dan pengetahuan begitu berperan dalam perkembangan dan pembaruan pada anak didik. Dengan modal kebrilianan sensorik, motorik, maupun kognitif daya pikir peserta didik bakal siaga untuk menyongsong dan menentukan masa depan yang lebih baik.

Pengembangan Kualitas Tenaga Edukasi

Dengan maksimal, penyajian materi pembelajaran yang diberikan oleh guru pun dengan mudah bisa mengembangkan potensi peserta didik secara pasti. Setiap pembelajaran pada tiap mata pelajaran bernilai karaktek tinggi yang bakal mendominasi materi pembelajaran tersebut. Dengan sendirinya dalam tiap penyampaian suatu materi pembelajaran akan selalu terbersit pengembangan watak dan karakter.

Materi yang terkandung dalam pelajaran dan pembelajaran dituntut sejalan dengan perkembangan anemo masyarakat tentang kualitas pendidikan. Guru senantiasa tetap sinergis dalam penyesuaian maupun pengarahannya terhadap peserta didik dengan pembaruan serta peningkatan ilmu pengetahuan secara terus menerus dan melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Terencana penuh dan sistematis.

Hakikat kerja seorang guru sangat penting dan dijadikan landasan pengembangan program pembinaan dan pengembangan guru. Namun kenyataannya yang ditunjukkan bahwa kualitas seorang tenaga edukasi belum seperti apa yang diharapkan bersama. (Sulis Sutrisna)