Sementara itu, untuk tabungan Rp1 juta sampai Rp5 juta tumbuh 4,6 persen yoy. Tabungan Rp50 juta sampai Rp100 juta tumbuh agak lambat sebesar 3,4 persen yoy.

“Sepertinya masyarakat yang bawah sudah mulai merasakan sedikit dampak perbaikan ekonomi sehingga mereka bisa mulai menambah tabungannya walaupun itu umumnya bergerak dari waktu ke waktu. Yang kita khawatirkan tadinya ini kan turun terus, ternyata tidak seperti itu,” tuturnya.

Sedangkan tabungan di atas Rp5 miliar mengalami tren penurunan. Pada akhir 2023, pertumbuhannya sekitar 14-15 persen, kemudian turun sampai ke posisi 3,51 persen saat ini. Purbaya menduga sebagian besar pemilik tabungan tersebut adalah korporasi.

“Dugaan kami ini sebagian besar adalah korporasi. Jadi kelihatannya apakah ini menandakan mereka tidak punya duit,” ujarnya.

Ia memperkirakan korporasi beralih memakai dana sendiri untuk ekspansi usahanya dibandingkan meminjam kredit di bank sehingga tabungan mereka mulai menurun.

“Kalau kita lihat tren pemakaian uang korporasi sepertinya sekarang mereka beralih memakai uang sendiri untuk ekspansi usahanya dibandingkan dengan pinjam di bank apalagi bank luar negeri,” ujarnya.

Di sisi lain, LPS memproyeksikan dana pihak ketiga (DPK) pada 2024 akan tumbuh ke kisaran 6-7 persen seiring dengan harapan melonggarnya kebijakan moneter.