Jakarta, ERANASIONAL.COM – Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, tewas diduga dianiaya seniornya.

Polisi langsung melakukan gelar perkara kasus kematian Putu Satria Ananta Rastika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Sabtu 4 April 2024.

Putu merupakan taruna STIP Jakarta yang meninggal dunia setelah diduga menjadi korban penganiayaan seniornya pada Jumat 3 April 2024.

“Sedang gelar perkara,” tutur Kepala Kepolisan Resor (Kapolres) Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, dikutip dari kompas TV, Sabtu 4 Mei 2024.

Ia menjelaskan, gelar perkara masih berlangsung hingga Sabtu sore, dan dilaksanakan secara tertutup.

Hanya penyidik, pelapor, dan terlapor yang boleh mengikuti gelar perkara.

Pelaksanaan gelar perkara, menurut dia, dilakukan untuk menentukan status hukum terduga pelaku.

Jika berdasarkan hasil gelar perkara dinyatakan terduga pelaku bersalah, status saksi terlapor akan ditingkatkan menjadi tersangka.

Sebelumnya diberitakan Putu, taruna tingkat 1 STIP Jakarta, dinyatakan meninggal dunia pada Jumat 3 Mei 2024.

Putu diduga menjadi korban penganiayaan oleh seniornya, berinisial T (21).

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hadi Saputra Siagian menyebut, dugaan penganiayaan itu terjadi di toilet lantai dua gedung STIP Jakarta.

Saat itu, kata dia, Putu baru saja mengecek sejumlah kelas usai kegiatan jalan santai bersama beberapa rekannya.

“Setelah memastikan tak ada orang di dalam kelas, mereka (korban dan temannya) dipanggil oleh T. T mempertanyakan korban kenapa mengenakan baju olahraga saat ke gedung pendidikan,” kata Hadi.

Pelaku kemudian membawa Putu dan empat rekannya ke kamar mandi. Di lokasi itu mereka diminta berbaris.

“Setelah berbasis, T langsung melepaskan pukulan dengan tangan kosong kepada korban Putu ke arah ulu hati,” tutur Hadi.

Setelah mendapatkan lima kali pukulan, Putu lemas dan terkapar.

Pelaku pun meminta empat rekan korban pergi dan korban dibawa ke klinik yang berada di lingkungan STIP.

Namun, korban disebut sudah tidak bernyawa ketika tiba di klinik, karea sudah tidak ada nadi yang berdenyut di tubuh korban ketika dilakukan pemeriksaan.

“Pada saat diperiksa oleh klinik sekolah setempat, nadinya sudah berhenti, dan mungkin sudah bagian dari tanda-tanda hilang nyawa,” ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes (Pol) Gidion Arif Setyawan. []