Jakarta, ERANASIONAL.COM – Menjelang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, kinerja para menteri di Kabinet Merah Putih menjadi sorotan.
Berdasarkan data survei dari lembaga Indo Surve Consulting ( ISC ), Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menempati posisi puncak dengan nilai tertinggi.
Menkeu Purbaya, yang dijuluki “gaya koboi” oleh masyarakat, berhasil meraih nilai 85 persen. Padahal, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, Menkeu Purbaya baru dilantik belum genap satu bulan.
“Saya sangat terkejut dengan Menkeu Purbaya yang baru dilantik belum satu bulan menjadi Menteri yang dinilai paling bagus kinerjanya. Namun bisa dipahami karena memang begitu beliau dilantik, langsung memberikan warna yang baru di kabinet merah putih. Gaya koboinya menarik perhatian masyarakat. Sampai sekarang pun selalu menjadi media darling dan pembicaraan publik,” ujar Iwan saat dihubungi Eranasional di Jakarta, Kamis (02/10/2025).

Iwan menambahkan bahwa langkah dan kebijakan yang diambil Purbaya membawa angin segar, bahkan dianggap sebagai antitesa dari Menkeu sebelumnya, Sri Mulyani. .
Selain Menkeu Purbaya, Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya juga menunjukkan performa bagus, bahkan menjadi salah satu andalan Presiden Prabowo. “Selalu tampil di depan dan gerak cepat (gercep),” tutur Iwan.
Disisi lain Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menempati posisi buncit atau terendah dengan nilai 24 persen. Kendati demikian Menhut Raja Antoni dinilai pantas untuk kena reshuffle kabinet.
Menurut Iwan, survei ini penting sebagai gambaran performa kinerja menteri-menteri di mata publik dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Presiden dan menteri terkait.
Mengenai nilai terendah milik Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Iwan secara tegas menilai ia sudah pantas di- reshuffle.
“Harusnya reshuffle yang kemarin itu Menhut Raja Antoni didepak juga. Apalagi mengenai Raja Antoni main domino dengan eks tersangka pembalakan liar. Pelanggaran berat itu. Makanya masyarakat memberi nilai terburuk,” tandas Iwan.
Tinggalkan Balasan