JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan menyoroti permasalahan peningkatan sampah dan limbah B3 medis di masa Pandemi Covid-19.

“Pemerintah tidak hanya perhatian pada persoalan sampah rumah tangga dan limbah industry,” ujar Johan melalui keterangan resminya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (15/6/2021)

Karena menurutnya limbah medis di Indonesia ternyata masih sulit ditangani dan pada saat masa pandemi ini limbah medis terus mengalami peningkatan dan pemerintah belum memiliki sistem manajemen pengelolaan limbah B3 medis pada masa pandemic yang telah berlangsung setahun lebih.

Politisi PKS ini mengungkapkan sebelum masa pandemi, limbah medis yang dihasilkan dari rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan (yankes) sekitar 170-200 ton per hari, namun pada masa pandemi ini limbah medis mengalami peningkatan sebesar 300-400 ton per hari atau meningkat sekitar 200%.

“Hal ini harus menjadi fokus perhatian pemerintah agar pencemaran sampah dan limbah medis segera ditangani dengan tata kelola yang lebih ramah lingkungan sebab jumlah bahan plastik yang mendominasi limbah medis mencapai 75%,” ungkap Johan.

Johan selaku Anggota Panja (Panitia Kerja) tentang Pencemaran Sampah dan Lingkungan dari Komisi IV DPR RI menyayangkan masih banyaknya rumah sakit dan pelayanan kesehatan (Yankes) yang tidak disiplin dalam memilah sampah medis infeksius dan non-infeksius, yang terkadang pihak rumah sakit mencampurnya dalam satu wadah.

“Saya menyesalkan banyaknya limbah medis yang dibuang sembarangan di berbagai tempat penampungan, bahkan terkadang mengalir ke sungai dan hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan kita semua,” ungkap Johan.

Legislator dari dapil NTB ini berharap pemerintah mendalami permasalahan limbah medis ini secara ril di lapangan terutama terkait skema yang tepat untuk penanganan limbah B3 medis pada masa pandemic ini.

“Pemerintah perlu mengetahui dimana letak kesulitan rumah sakit mengolah limbahnya sendiri, sebab ternyata masih sedikit rumah sakit yang memiliki alat pembakaran limbah medis, dari 2900 rumah sakit dan 9000 puskesmas hanya sekitar 110 rumah sakit yang mempunyai tempat pembakaran limbah B3 atau insinerator,” papar Johan.

Wakil rakyat dari Pulau Sumbawa ini mendorong pemerintah mencari solusi jitu terkait penggunaan jenis teknologi pengolahan limbah medis di rumah sakit yang lebih ramah lingkungan, sebab selama ini KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) selalu mengarahkan penggunaan insinerator yang belum tentu ramah lingkungan karena alat tersebut mengeluarkan abu dan asap yang menghasilkan dioksin.

‘Saya minta pemerintah segera menemukan solusi agar pengolahan limbah medis lebih ramah lingkungan sebab limbah medis ini bersifat infeksius sehingga perlu penanganan khusus yang dapat membunuh bakteri atau virus yang menempel di limbah medis tersebut, serta harus memperbaiki tata kelola limbah medis yang lebih steril dan tidak beracun selama masa pandemi ini,’ tutup Johan Rosihan. []

Pewarta: Agung Nugroho