Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2023).

JAKARTA, Eranasional.com – Pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin memunculkan wacana koalisi besar. Koalisi ini merupakan gabungan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Diberitakan sebelumnya, Airlangga Hartarto dan Cak Imin bertemu di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (10/2) kemarin. Keduanya menyatakan setuju jika KIB dan KKIR digabung.

“Jadi kalau dua-duanya bergabung, lebih kuat, lebih baik. Dalam politik tidak ada yang tidak bisa dibicarakan,” kata Airlangga di Senayan.

Cak Imin menambahkan, semakin banyak barisan koalisi, proses pemilu akan semakin efektif.

“Oh, sangat bagus. Semakin banyak barisan koalisi, semakin efektif proses pemilu, proses pemilu semakin baik,” ucap Cak Imin.

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). (Foto: Dok Golkar)

Terpenting, kata Cak Imin, partai politik harus memiliki visi, target, dan tujuan yang sama sebelum mengambil langkah-langkah strategis.

“Kita berharap partai-partai menyamankan lebih dulu visi, tujuan, dan target, sehingga kita betul-betul siap, tidak mendadak dalam mengambil langkah-langkah strategis,” tuturnya.

Kekuatan KIB dan KKIR Jika Digabung

Berdasarkan perolehan kursi DPR RI pada Pemilu 2019, gabungan KIB dan koalisi Gerindra-PKB bisa dikatakan mendominasi. KIB yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP memiliki total kursi di DPR sebanyak 148, dengan rincian Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi, dan PPP 19 kursi.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2023).

Sementara, KKIR yang diperkuat Gerindra dan PKB total kursi yang dimiliki 136 kursi dengan rincian Gerindra 78 kursi dan PKB 58 kursi. Jika ditotalkan dua koalisi ini yaitu sebanyak 284 kursi, nyaris 50 persen dari total keseluruhan kursi yang ada di DPR.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan jika KIB dan KKIR digabung pada Pemilu 2024 maka akan sangat dominan.

“Dari segi kekuatan partai politik, gabungan KIB dan KKIR sangat mayoritas dan dominan. Itu tidak bisa dibantah. Akan sangat mantap jika KIB dan KKIR digabung. Dukungan dari partai kuat, maka capresnya pun kuat,” kata Adi, Sabtu (11/2/2023).

Selain itu, Adi menyebut KIB dan KKIR ini berisikan partai-partai pendukung Jokowi. Menurutnya, ini akan mempermudah berbagi kongsi nantinya.

“Secara umum dua poros ini all Jokowi’s party. Jadi sangat mudah berkongsi. Beda dengan PKS atau Nasdem yang mengajak Airlangga berkoalisi ke Poros Perubahan yang langsung ditolak karena suasana hatinya berbeda secara diametral,” ujarnya.

Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). (Foto: ISTIMEWA)

Meski begitu, Adi menyebut sangat dominan dan mayoritas tidak menentukan akan menang Pilpres 2024. Dia mengambil contoh saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menang di 2004 dengan dukungan partai minoritas dan Jokowi menang di 2014 juga dengan partai minoritas.

“Mayoritas dukungan partai bukan jaminan akan menang di Pilpres 2024 jika sosok yang diusung tak kuat. Buktinya SBY menang Pilpres 2004 meski hanya didukung partai minoritas. Begitupun dengan Jokowi menang di Pilpres 2014, padahal secara kepartaian minoritas,” imbuhnya.

Partai Anggota Koalisi Semakin Percaya Diri

Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan mendukung wacana KIB-KKIR digabungkan. Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi meyakini kekuatan politik mereka bakal bertambah apabila dua koalisi itu melebur.

“PAN selaras dengan Golkar, akan senang dan bergembira jika PKB dan Gerindra dapat bergabung, berkoalisi, dan bersanding dengan KIB,” kata Viva Yoga, Jumat (10/2).

Dia menilai bergabungnya dua koalisi ini akan menambah basis konstituen atau pemilih mereka. Dengan demikian, sosok capres yang nantinya diusung berpotensi memenangi Pilpres 2024.

“Bayangkan aja, apabila KKIR-KIB digabungkan maka akan menambah kekuatan politik dan menambah basis konstituen di Pilpres 2024. Dengan demikian pasangan calon yang akan diusung berpotensi untuk memenangkan Pilpres,” ucapnya.

Namun, dia mengingatkan, kekuatan politik itu dapat diraih hanya jika kedua pihak saling menguatkan, bukan ‘jeruk makan jeruk’. Menurutnya, PKB juga akan menjadi energi baru bagi KIB, begitupun sebaliknya.

“Jika KIB-KIB melebur itu akan saling menguatkan, tidak akan ‘jeruk makan jeruk’ karena masing-masing partai politik yang di KIB telah memiliki basis konstituennya masing-masing,” tukasnya.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2023).

Gerindra Setuju KIB-KKIR Dilebur

Partai Gerindra juga turut mendukung wacana digabungnya KKIR dengan KIB. Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan senang jika wacana itu terealisasi.

“Begini, soal wacana bergabung KIB dan KKIR, itu tentu kalau terjadi kita senang saja. Kalau di KKIR tentunya setuju,” kata Sufmi Dasco, Jumat (10/2).

Dia menyebut, wacana ini bisa terwujud jika seluruh partai di KIB, yakni Golkar, PAN dan PPP menyetujui. Dasco memastikan kalau ketiga parpol di KIB sudah setuju dengan rencana ini, Gerindra dan PKB pun tak akan keberatan.

“Sekarang tinggal yang di KIB itu, apakah hanya Golkar atau dua-duanya, kalau KIB kan artinya tiga partai. Kalau misalnya tiga partai itu di KIB setuju, kita tentunya setuju juga,” tukasnya.

Soal penentuan sosok capres-cawapres jika kedua koalisi ini bergabung, Dasco menyatakan pihaknya akan membicarakan terlebih dulu. Ditekankannya, hal ini utamanya akan dibicarakan oleh kedua ketua umum di KKIR, yakni Prabowo Subianto dan Cak Imin.

“Soal penentuan capres-cawapres, di kami itu dibicarakan oleh Pak Prabowo dan Pak Muhaimin,” pungkas Sufmi Dasco.