Ilustrasi Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). (Foto: Net)

Pembiayaan bengkak biaya proyek kereta cepat akan ditutup dengan cara menyetor ekuitas tambahan dari konsorsium KCIC dan juga menambah pinjaman ke pihak CDB. Porsinya, penambahan setoran ekuitas ke KCIC dilakukan sebesar 25%, sisanya dibiayai dengan pinjaman dari CDB.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp3,2 triliun ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk memenuhi porsi ekuitas konsorsium Indonesia di KCIC.

KAI merupakan pemegang saham terbesar konsorsium Indonesia di KCIC, perusahaan kereta api itu bisa dibilang memimpin konsorsium Indonesia di KCIC.

Menurut perhitungan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo kemungkinan tambahan utang yang dilakukan ke CDB jumlahnya mencapai US$ 550 juta atau sekitar Rp 8,5 triliun. Angka itu didapatkan dari porsi pinjaman sebesar 75% dari total biaya bengkak US$ 1,2 miliar.

Dari besaran 75 persen itu, dibagi lagi porsi Indonesia sebesar 60 persen sementara China 40 persen. Dari situ lah angka pinjaman sebesar US$550 juta didapatkan.

“Porsi loan itu sekitar US$550 juta peminjamannya sedang kita ajukan ke CDB,” kata Kartika Wirjoatmodjo di Gedung DPR Jakarta, Senin (13/2/2023).