Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan anaknya, Yamitema Tirtajaya Laoly, yang diisukan mengendalikan bisnis kantin di seluruh lapas dan rutan di Indonesia. (Foto: Twitter/@PartaiSocmed)

JAKARTA, Eranasional.com – Penuturan aktor senior Tio Pakusadewo yang mengungkapkan buruknya kualitas makanan yang diberikan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di rutan dan lapas di Indonesia membuka sisi gelap dari lembaga tersebut. Nama anak Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, yakni Yamitema Tirtajaya Laoly, yang konon mengendalikan bisnis kantin di rutan dan lapas ikut terseret-seret.

Bagi napi atau warga binaan yang berduit dapat menyantap makanan di kantin rutan atau lapas yang dikelola Yamitema Laoly. Ini mengesankan bahwa bisnis kantin tersebut orientasinya hanya ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, selagi ayahnya menjabat menteri.

Apa yang diceritakan Tio Pakusadewo di akun channel Uya Kuya TV, dibenarkan oleh mantan sipir salah satu lapas di Jakarta berinisial AB (61).

Sebagai informasi, Tio Pakusadewo pernah mendekam di dalam penjara karena terjerat kasus narkoba.

Kembali ke AB, menurut dia kualitas makanan yang disediakan bagi napi dan warga binaan memang sengaja diberikan jauh dari layak, apalagi jika ditelaah dari asupan gizi. Dia bilang, kualitas nasi yang disajikan ke para WBP yang dinamakan ‘nasi cadong’ teksturnya keras dan serupa kapur.

“Sudah kayak kapur, enggak enak dimakan. Rasanya sudah enggak karuan, rasanya hambar,” kata AB saat ditemui di Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (10/5/2023).

Karena buruknya kualitas nasi, beberapa WBP terpaksa membeli makanan di kantin rutan dan lapas. Kantin yang dimaksud adalah milik Yayasan anak Menteri Yasonna Laoly, yakni Yamitema Tirtajaya Laoly, dengan harga jual dua kali lipat dari pasaran.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan anaknya, Yamitema Tirtajaya Laoly, yang diisukan mengendalikan bisnis kantin di seluruh lapas dan rutan di Indonesia. (Foto: Twitter/@PartaiSocmed)

Hal ini juga sempat disinggung Tio Pakusadewo di konten YouTube Uya Kuya TV. Kantin tersebut menurut Tio, telah memonopoli seluruh bisnis, baik makanan, minuman, hingga alat kebutuhan sehari-hari bagi WBP.

“Napi narkoba, tipikor (Tindak pidana korupsi) mana mau makan nasi cadong seperti itu. Kalau mau makan enak seperti di luar penjara, mereka terpaksa beli, ya harus keluar duit,” kata Tio Pakusadewo.

Selain itu, lanjut AB, kualitas nasi di rutan dan lapas memang sangat buruk dan sulit dicerna untuk menyiasati agar para WBP buang air besar (BAB) setiap hari.

“Nasinya memang keras, itu juga biar napi enggak setiap hari ke toilet untuk buang air besar. Susah dicerna, kalau enggak begitu, semuanya setiap hari ke toilet,” tuturnya.

AB mengungkapkan bahwa praktik seperti itu sudah berlangsung sejak lama. “Telur yang dibeli itu juga kualitasnya buruk, mereka beli telur pecah, busuk. Ikan asin saja kalau dijemur lalat saja enggak mau dekat,” ujar AB.

Parahnya lagi, kata AB, nasi cadong yang diantar ke setiap blok tidak semuanya gratis. Ada yang bayar Rp25.000.

Hingga berita ini ditayangkan, Koordinator Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan, Rika Aprianti, belum menanggapinya saat dikonfirmasi tentang kualitas nasi cadong di rutan dan lapas.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan anaknya, Yamitema Tirtajaya Laoly, yang diisukan mengendalikan bisnis kantin di seluruh lapas dan rutan di Indonesia. (Foto: Twitter/@PartaiSocmed)

Bantahan Menteri Yasonna Laoly

Sebelumnya Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly membantah anaknya, Yamitema Tirtajaya Laoly, terlibat dalam monopoli bisnis di lapas dan rutan di seluruh Indonesia lewat Jeera Foundation, yang disebut bagian dari PT Natur Palas Indonesia.

Yamitema Laoly diisukan menjabat sebagai Chairman dan Co-Founder dari Jeera Foundation, yang memiliki bisnis di lapas besar di Indonesia.

Dimana Jeera Foundation di bawah Yamitema Laoly menjadi pemasok tunggal mulai rokok dan nasi di lapas dan rutan, membuat kantin di beberapa lapas besar, juga minimarket dengan nama JeeraMart di Lapas Nusakambangan, hingga pengadaan air mineral dengan nama merek Jeera di lapas serta katering dan kantin di lapas.

“Bohong besar itu, enggak ada,” kata Yasonna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, (2/5/2023).

Namun Yasonna membenarkan bahwa Jeera merupakan yayasan yang bekerja sama dengan koperasi di Lapas Cipinang untuk membina dan memberikan pelatihan kepada narapidana.

Akan tetapi, Yasonna membantah anaknya Yamitema terlibat dalam yayasan yang turut disebut jadi penyedia di kantin lapas tersebut.

“Yayasan saja, dia (Yamitema Laoly) tidak ikut di dalamnya. Biasalah ini jadi komoditas politik,” ucap Yasonna.

Menurut politisi PDIP ini, isu ini awalnya diungkapkan aktor Tio Pakusadewo yang sempat dipenjara di Lapas Cipinang. Namun Tio tidak menyebut dengan jelas menteri dan anak menteri yang dimaksud.

Yang mengungkap secara detail justru akun @PartaiSocmed dengan menampilkan sejumlah bukti dokumen. Menanggapi itu, justru Yasonna menceritakan kejadian yang dialami Tio di Lapas Cipinang. Yasonna menyebut aktor senior tersebut pernah dipakai Jeera menjadi pelatih untuk para napi.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan anaknya, Yamitema Tirtajaya Laoly, yang diisukan mengendalikan bisnis kantin di seluruh lapas dan rutan di Indonesia. (Foto: Twitter/@PartaiSocmed)

Akan tetapi, Tio lantas diberhentikan karena melakukan pelanggaran berat dan akhirnya dimasukkan ke Straft Cell alias sel pengasingan.

Namun Yasonna tidak bersedia menjelaskan pelanggaran berat yang dilakukan Tio Pakusadewo saat itu.

Ia menyebut nantinya Kepala Lapas Cipinang yang akan memberikan penjelasan, termasuk soal tudingan anaknya terlibat bisnis di Lapas.

Warganet Mengumbar Bukti

Setelah bantahan Yasonna Laoly itu, akun Twitter @PartaiSocmed justru semakin menggila menggunggah bukti dokumen monopoli bisnis Jeera Foundation, bagian dari PT Natur Palas Indonesia, di bawah pimpinan anak Yasonna, Yamitema Laoly.

“Biar kami bikin clear. Pak Pak Yasonna Laoly lihai membantah Jeera tidak berbisnis di dlm lapas. Itu memang benar sebab yg berbisnis itu adalah PT Natur Palas Indonesia. Masalahnya PT Natur Palas Indonesia itu terafiliasi dgn Jeera Foundation. Mau bantah apa dgn bukti spt ini?,” kata @PartaiSocmed sembari mengunggah dokumen bukti kesepakatan kerjasama Lapas Klas I Malang dengan PT Natur Palas Indonesia/Jeera.

“Mau bantah apalagi Pak Yasonna Laoly? Ini lho pendaftaran merek dagang air mineral Jeera saja atas nama putra Bapak, Yemitama Laoly. Pendaftaran merek dagang di Kemenkumham juga kan? Ini linknya: https://pdki-indonesia.dgip.go.id/detail/J002017055494?type=trademark&keyword=Jeera… Cc: Pak @jokowi,” kata akun @PartaiSocmed sembar mengunggah dokumen binis Jeera Foundation dengan nama pemilik Yamitema T Laoly, anak Yasonna Laoly.

“Dan ini produknya,” ucap @PartaiSocmed kembali dengan mengunggah botol air mineral dengan merek Jeera.

“Program e-Money di Lapas Kelas 1 Malang digarap PT Natur Palas Indonesia Pembuatan kantin di Lapas Kembang Kuning, Lapas Narkotika, Lapas Permisan Nusakambangan dilakukan oleh PT Natur Palas Indonesia Digital payment di Lapas Cipinang juga melibatkan PT Natur Palas Indonesia,” ungkap akun tersebut dengan mengunggah tangkapan layar medsos Lapas Kelas 1 Malang dan Kemenkumham Jateng.

“Tema Laoly sbg Chairman dan Co Founder tetapi sebenarnya Think-Tank dari Jeera Foundation ini adalah Rino Lande, mantan napi korupsi wisma atlet Hambalang. Kami akan buka peran sentral Rino Lande dalam merintis Jeera ini, tapi karena sudah malam akan kami lanjutkan besok saja,” ujar @PartaiSocmed.

“Perjanjian kemudian direvisi di tengah jalan dari kompensasi yg awalnya 220,3 juta turun menjadi 128,8 juta,” tambah @PartaiSocmed dengan mengunggah adendum perjanjian PT Natur Palas Indonesia dengan Rutan Klas I Bandung.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan anaknya, Yamitema Tirtajaya Laoly, yang diisukan mengendalikan bisnis kantin di seluruh lapas dan rutan di Indonesia. (Foto: Twitter/@PartaiSocmed)

Di laman resmi Direktorat Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, nama PT Natur Palas Indonesia atau Jeera Foundation memang terlibat dalam berbagai kegiatan.

Berdasarkan informais yang didapat, salah satunya adalah “Digital Payment dengan Face Recognition bagi WBP”. Di dalamnya disebutkan bahwa Koperasi PPKH2AM Lapas Cipinang bekerja sama dengan PT Natur Palas Indonesia (Jeera Foundation), Bank Syariah Indonesia (BSI), dan PT Pundi melaksanakan sosialisasi penggunaan digital payment menggunakan face recognition bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), pada Kamis (16/9/2021).

Tahun 2019, ada lagi kegiatan yang melibatkan Jeera Foundation di Lapas Narkotika Jakarta. Laman resmi Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta merilis berita berjudul “JEERA Wallet Kian Melesat, JEERA Foundation Jeera Wallet, Cara Belanja Digital di Lapas”.

Saat itu pada 12 April 2019, warga binaan Lapas Narkotika Jakarta mengikuti kegiatan sosialisasi penggunaan JEERA Wallet sebagai dompet digital yang bisa digunakan untuk melakukan pembayaran pada pembelian produk di seluruh kantin (SUSTIK MARKET) Lapas Narkotika Jakarta, dengan cara yang sangat mudah yakni dengan menempelkan Jari pada Fingerprint Reader.

Kemudian pada 2017, ada lagi kegiatan di Rutan Kelas I Cipinang. Laman resmi Direktorat Jenderal Permasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM merilis berita berjudul “Jeera Foundation Fasilitasi Kreativitas WBP Rutan Cipinang”.

Dalam artikel tersebut, Jeera Foundation disebut berdiri pada 23 Juni 2016. Jeera Foundation kemudian memfasilitasi WBP di Cipinang untuk pelatihan pengembangan diri.

Diklaim Bantu Napi

Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej ikut merespons isu keterlibatan Yamitema dalam bisnis koperasi dan kantin di lapas. Eddy, sapannya, mengaku telah mendengar rumor yang beredar tersebut.

Ia menjelaskan bahwa telah berkunjung ke ratusan rumah tahanan atau rutan maupun lapas. Menurut dia, selama ini pembinaan dan kemitraan yang dilakukan pun sangat baik, bahkan justru sangat membantu narapidana.

“Kemitraan yang dilakukan oleh koperasi maupun Jeera itu memang berlangsung baik dan sangat membantu warga binaan,” kata Eddy di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/5/2023).

Akan tetapi, Eddy tidak secara tegas membantah tudingan di media sosial tersebut. Eddy menyebut pihaknya masih belum melihat lebih lanjut terkait isu tersebut dan masih perlu didalami.

“Sekali lagi saya tidak menjawab tuduhan itu, tetapi saya hanya menceritakan soal realita dan fakta di lapangan,” ujar Eddy.