Ketua Ikatan Penemu Indonesia, Sinda Sutadisastra. (Foto: Istimewa/Dok pribadi)

JAKARTA, Eranasional.com – Ketua Ikatan Petani Nelayan Muda (Penemu) Indonesia, Sinda Sutadisastra, mengapresiasi isu yang diangkat dalam Pekan Nasional (Penas) Petani dan Nelayan yang digelar di Padang, Sumatera Barat, 10 – 15 Juni 2023.

Menurut Sinda Sutadisastra, tiga isu yang diangkat dalam Penas tersebut sejalan dengan visi dan misi Ikatan Petani Nelayan Muda (Penemu) Indonesia.

“Tiga isu itu, pertama berkaitan dengan penguatan potensi dan posisi tawar komoditas lokal. Kedua, berhubungan dengan kemandirian pangan. Dan ketiga, terkait dengan lumbung pangan dunia 2045,” kata Sinda Sutadisastra melalui pers rilisnya secara tertulis, Rabu (14/6/2023).

Menurut dia, penguatan potensi dan posisi tawar komoditas lokal harus mendapat perhatian bersama. Kebijakan Pemerintah yang menjadikan pangan lokal sebagai salah satu prioritas pembangunan pangan, mau tidak mau membuat para pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pangan untuk melakukan konsolidasi total agar dapat menggenjot produksi sekaligus meningkatkan kekuatan posisi tawar mereka.

“Roadmap pengembangan pangan lokal dapat dijadikan acuan untuk mewujudkannya,” ucapnya.

Ketua Ikatan Penemu Indonesia, Sinda Sutadisastra (tengah), di sebuah acara komunitas petani dan nelayan. (Foto: Istimewa/Dok pribadi)

Sedangkan, soal kemandirian pangan, menurutnya dapat terwujud dengan cara melakukan penanganan khusus. Kata Sinda, hal ini terkait dengan ketahanan pangan bangsa dan negara.

“Kemandirian pangan dimaknai sebagai kemampuan suatu negara dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat,” jelasnya.

Dia berkeyakinan, Penas Petani dan Nelayan yang digelar di Padang ini dapat menghasilkan pemikiran kreatif, inovatif, dan cerdas terkait dengan terobosan positif untuk mewujudkan kemandirian pangan.

Dia pun menyatakan, Petani Nelayan Muda Indonesia (Penemu) sependapat dengan usulan agar digenjotnya produksi pangan, khususnya bahan pangan pokok dalam upaya memperkokoh ketersediaan pangan dari hasil produksi dalam negeri. “Sebaiknya ini dijadikan program prioritas dalam pembangunan pertanian ke depan. Kemandirian pangan yang diraih, setidaknya mampu menjadikan bangsa yang tahan pangan,” imbuh Sinda.

Mengenai ambisi menjadikan Indonesia sebagai salah satu lumbung pangan dunia pada 2045, menurut Sinda, perencanaannya harus disiapkan sedini mungkin. “Seperti yang saya ucapkan tadi, saya yakin para peserta Penas sudah menyiapkan beragam ide dan langkah, bagaimana pencapaiannya. Lumbung pangan dunia adalah simbol yang cukup membanggakan bagi sebuah bangsa,” tuturnya.

“Itu sebabnya, semua pihak harus serius untuk menggarapnya dan tidak cukup hanya mengandalkan sebuah komitmen. Bangsa ini membutuhkan kerja keras dan kerja nyata bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama kesejahteraan bangsa yang adil dan merata,” sambung Sinda.

Sinda mengatakan, bangsa Indonesia masih memiliki waktu sekitar 22 tahun ke depan. Persiapan seperti penyusunan grand desain pencapaian lumbung pangan dunia 2045, sudah seharusnya dimulai dari sekarang.

“Ini bukan saatnya untuk menunda atau sekadar berwacana tetapi harus mulai melangkah mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” pungkasnya.