Presiden Jokowi dan Presiden AS Joe Biden bersalaman. Keduanya bertemu di acara KTT G20 yang digelar di India. (Foto: Tangkapan layar YouTbe Setpres RI)

JAKARTA, Eranasional.com – Dua menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mendampingi Presiden Jokowi di KTT G20 di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India.

Di sela-sela tugasnya sebagai menteri, keduanya menyempatkan diri memotret aktivitas Presiden Jokowi. keduanya tanpa memotret menggunakan kamera HP ketika Presiden Jokowi bersalaman dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Sabtu (9/9).

Dilihat dari akun YouTube Sekretariat Presiden RI, Jokowi mengenakan setelah jas berwarna biru tua. Kedatangannya disambut oleh Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi. Keduanya kemudian berfoto bersama sambil berjabat tangan dengan latar belakang roda yang menjadi ikon Komark Sun Temple, yang merupakan bagian dari situs warisan dunia UNESCO.

Setelah itu, Presiden Jokowi berjalan ke ruang pertemuan KTT G20 di mana para pemimpin negara G20 dan ketua organisasi internasional lainnya telah lebih dulu.

Jokowi kemudian menyapa para kepala negara yang sudah tiba, salah satu di antaranya Presiden AS Joe Biden. Jokowi dan Joe Biden bersalaman sambil berbincang-bincang.

Sri Mulyani dan Retno Marsudi yang berada di belakang Jokowi seperti sudah menunggu momen tersebut. Begitu Jokowi dan Joe Biden bersalaman, keduanya dengan sigap memotret menggunakan HP masing-masing.

Pidato Jokowi di KTT G20

Presiden Jokowi dan Presiden AS Joe Biden bersalaman. Keduanya bertemu di acara KTT G20 yang digelar di India. (Foto: Tangkapan layar YouTbe Setpres RI)

Sebelumnya, pada sesi pertama pertemuan KTT G20, Presiden Jokowi memaparkan sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan suhu bumi yang diprediksikan akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan.

“Bumi kita sedang sakit. Pada Juli lalu, suhu dunia mencapai titik tertinggi dan diprediksikan akan terus nasik dalam lima tahun ke depan. Ini akan sulit ditahan, kecuali dunia menghadapinya secara masif dan radikal,” kata Jokowi.

Lanjut Jokowi, percepatan transisi ekonomi rendah karbon menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan. Diungkapkannya, hingga saat ini pelaksanaan penurunan emisi masih sangat terbatas.

“Komitmen pendanaan negara maju masih sebatas retorika dan di atas kertas, baik itu pendanaan climate US$100 miliar per tahun, maupun fasilitas pendanaan loss and damage,” tuturnya.

Dia kemudian memaparkan sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan suhu bumi. Katanya, saat ini negara-negara berkembang membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi dan investasi hijau untuk mempercepat penurunan emisi di dunia.

“Kami negara-negara berkembang sangat ingin mempercepat penurunan emisi, tapi kami butuh dukungan untuk alih teknologi dan untuk investasi hijau,” ujar Jokowi.