
“Mesir ingin membuka penyeberangan Rafah untuk memberikan bantuan kemanusiaan, makanan, dan obat-obatan, tetapi ketidakstabilan dan perluasan konflik menyebabkan lebih banyak kesulitan dan lebih banyak pengungsi yang mencari suaka ke daerah aman, termasuk Eropa,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry.
Sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Sabtu, 7 Oktober lalu, daerah kantong ini diterpa krisis mulai dari tak ada pasokan listrik, makanan, air, hingga bahan bakar.
Israel memblokade total kawasan tersebut sebagai balasan atas serangan mendadak milisi Hamas di sejumlah kota Israel.
Jauh sebelum serangan Hamas dilancarkan, warga Jalur Gaza sebetulnya sudah hidup kesulitan karena pembatasan yang diberlakukan Israel.
Situasi itu berlangsung sejak Hamas mengambil kendali rumah bagi sekitar 2,3 juta orang itu pada 2007.
Sementara itu, Mesir juga sejak lama membatasi aliran warga Gaza ke wilayah mereka, bahkan selama konflik paling sengit berkobar.
Kairo menegaskan kedua belah pihak mesti menyelesaikan permasalahan di dalam perbatasan sendiri.
Mesir menyebut hal itu merupakan satu-satunya cara agar Palestina dapat mengamankan hak mereka untuk menjadi negara.
Tinggalkan Balasan