JAKARTA, Eranasional.com – Seorang terduga teroris berinisial S berhasil mengelabui warga dengan berpura-pura berprofesi sebagai tukang kopi keliling. Identitasnya terbongkar begitu Densus 88 Antiteror Polri menggeledah rumah kontrakan yang ditempatinya di daerah Kabupaten Tangerang, Banten.

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku terkejut begitu mengetahui siapa S itu sebenarnya.

“Meski enggak akrab, setahu saya dia orangnya baik, suka sering kasih sumbangan cukup besar kalau ada kegiatan warga itu. Interaksi sama warga juga normal, enggak ada yang mencurigakan,” kata warga tersebut, Selasa, 19 Desember 2023.

Warga itu mengaku terakhir bertemu dengan S pada hari Minggu, 17 Desember kemarin, atau sehari setelah Tim Densus 88 Antiteror menggeledah rumah kontrakan yang dihuni terduga teroris tersebut.

Saat itu kepada dirinya, S memberitahu akan pulang ke kampung halamannya. “Enggak bilang persisnya di mana kampungnya. Dia bilang di Jawa, enggak spesifik. Pulang ke kampung karena acara sunatan anaknya. Katanya naik mobil supaya enggak capek,” terangnya.

Diketahui, S tinggal di kontrakan tersebut sejak sekitar 1,5 tahun lalu. Dalam kesehariannya dikenal sebagai penjual kopi keliling.

“Yang saya tahu dia jualan kopi keliling, kadang mangkal di rumah sakit yang ada di wilayah Pasar Kemis,” jelasnya.

Densus 88 Geledah Kontrakan Terduga Teroris

Pada Sabtu, 16 Desember 2023 sekitar pukul 09.00 WIB, Densus 88 Antiteror Polri menggeledah rumah kontrakan terduga teroris berinisial S di Kampung Gelam Barat, RT/RW 01/01, Desa Gelam Jaya, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten.

Hasil dari penggeledahan kontrakan tersebut, Densus 88 mengamankan sejumlah barang.

Kapolresta Tangerang Kombes Sigit Dany Setiyono mengatakan pihaknya membantu pengamanan saat penggeledahan dilakukan. Namun, dia tidak menjelaskan secara detail proses penggeledahan.

“Ada banyak petugas yang jaga saat penggeledahan dilakukan. Dari dalam rumah itu Densus 89 membawa laptop. Persisnya barang apa saja yang dibawa, saya kurang tahu,” kata Sigit. (*)