Para dokter dan pekerja bantuan di Rafah berjuang untuk memberikan bantuan bahkan bantuan dasar kepada mereka yang berlindung di sana, banyak dari mereka yang terkurung di pagar perbatasan dengan Mesir dan tinggal di tenda-tenda darurat.

“Perang tidak boleh dibiarkan di kamp pengungsi raksasa,” kata Jan Egeland, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, memperingatkan akan terjadinya “pertumpahan darah” jika operasi Israel diperluas di sana.

Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly mengatakan serangan Israel terhadap Rafah akan menempatkan nyawa warga Palestina dan warga negara asing, termasuk warga Kanada “dalam bahaya besar” dan menghambat pengiriman bantuan penting.

Jumlah Korban

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 27.947 warga Palestina dipastikan tewas dalam konflik tersebut, 107 di antaranya dalam 24 jam sebelumnya, dan 67.459 orang terluka.

Dikatakan bahwa masih banyak lagi yang mungkin terkubur di bawah reruntuhan akibat serangan Israel sejak militan Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera 253 orang dalam serangan 7 Oktober, menurut penghitungan Israel.

Hampir satu dari 10 warga Gaza yang berusia balita kini mengalami kekurangan gizi akut, menurut data awal PBB dari pengukuran lengan yang menunjukkan penurunan kondisi fisik.

Badan amal ActionAid mengatakan beberapa warga Gaza bahkan terpaksa makan rumput.

“Setiap orang di Gaza sekarang kelaparan, dan orang-orang hanya mendapat 1,5 hingga 2 liter air yang tidak aman setiap hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,” katanya.