Jakarta, ERANASIONAL.COM – Presiden AS Joe Biden mengkritik keras skala operasi militer Israel di Gaza. Ketegangan meningkat setelah Israel berencana memasuki Rafah, tempat lebih dari satu juta orang mencari perlindungan.
“Tindakan di Jalur Gaza berlebihan,” kata Biden pada Kamis (8/2) di Gedung Putih. “Banyak orang tak bersalah yang kelaparan. Banyak orang tak bersalah yang dalam kesulitan dan meninggal. Ini harus dihentikan.”
Komentar presiden AS tersebut menandai peningkatan kritiknya terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam peperangannya melawan Hamas. Komentar ini muncul setelah pemimpin Israel tersebut mengisyaratkan rencana pengiriman pasukan darat ke kota Rafah, yang terletak di selatan Gaza dan dekat perbatasan wilayah Palestina dengan Mesir.
Seperti dilaporkan Associated Press, Israel melancarkan serangan udara di daerah tersebut dan menewaskan setidaknya 8 orang warga Palestina.
Gedung Putih telah menyatakan keprihatinan tentang nasib pengungsi yang berkumpul di dan sekitar Rafah. Dia mengatakan tidak akan mendukung serangan yang tidak memperhitungkan dampaknya pada warga sipil.
“Operasi militer di sana saat ini akan menjadi bencana bagi orang-orang itu, dan itu bukan sesuatu yang akan kami dukung,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Kamis.
Rafah adalah titik masuk utama untuk bantuan yang datang dari Mesir. Bagian selatan Jalur Gaza tersebut merupakan tempat sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza melarikan diri pada awal perang ketika Israel memusatkan serangannya di Kota Gaza di utara.
Di Gedung Putih, Biden mengatakan dia menekan pemerintah Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Pemerintahannya sedang mengupayakan gencatan senjata berkelanjutan dalam operasi militer untuk memungkinkan pembebasan sandera yang ditawan oleh Hamas.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 warga Israel. Setelahnya, Israel melakukan serangan balasan ke Jalur Gaza yang kini telah menewaskan lebih dari 27.000 orang.
“Saya sedang berusaha keras untuk menangani gencatan senjata ini,” kata presiden AS tersebut. “Jika kita bisa mendapatkan penundaan awal, saya rasa kita bisa memperpanjangnya sehingga kita bisa meningkatkan kemungkinan bahwa pertempuran di Gaza akan berubah.”
Hamas menculik sekitar 250 orang selama penyerbuan mereka. Sekitar 100 sandera dibebaskan selama gencatan senjata sebelumnya yang dilakukan selama seminggu yang berakhir pada 1 Desember.
Nasib para tawanan yang tersisa mendominasi diskusi politik di Israel. Militer Israel mengatakan bahwa dari 136 yang masih berada di Gaza, 31 di antaranya tewas.
Jumlah korban tewas di Gaza telah meningkatkan tekanan internasional pada Israel, sekutu utama AS, untuk mengakhiri pertempuran. Ini juga menimbulkan komplikasi politik bagi Biden menjelang pemilihan presiden November, di mana dia mencari masa jabatan kedua.
Di beberapa negara bagian penting seperti Michigan, Biden kehilangan dukungan di kalangan warga Arab dan Muslim-Amerika karena tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan perang.
Tinggalkan Balasan