Ridwan Kamil memaparkan lebih jauh, di sisi lain, luas IKN juga harus ideal. Idealnya hanya diisi oleh sebanyak 2-3 juta penduduk seperti kota Bandung.

Sebab, IKN nantinya akan di desain menjadi kota hijau dan akan disulap menjadi hutan tropis. Hal itu sekaligus menjawab anggapan masyarakat bahwa kehadiran IKN merusak ekosistem kawasam.

“Saya juga dulu begitu nyangkanya, ternyata tidak. (Kawasan IKN) Itu hutan, hutan kebun. Karena yang ditanam hanya ecalyptus yang tiap 6-7 tahun ditebang kawasannya kemudian kayunya diambil dijadiin kertas, dijadiin tisu, dijadiin produk-produk kertas kan. Kan ditanam lagi dari nol, tumbuh lagi, tiap 6 tahun panen lagi,” jelasnya.

Ridwan Kamil menegaskan, kawasan yang akan dijadikan kota pemerintahan bukanlah hutan lindung, melainkan kebun.

“Itu monokultur. Monokultur tuh cuma satu jenis. Nah oleh pak Jokowi dan Tim akan dihutankan dalam arti sebenarnya. Ngga hanya satu. Ekalipusnya boleh, tapi kan pohon Trembesi, pohon yang bikin burung datang, bikin monyet datang itu lagi di tumbuh-tumbuhkan/ Jadi komitemen menghutankan kembali, hutan komersial hutan produksi ini serius Itu 15 juta pohon aneh-aneh, tropis, akan ditanam di IKN,” jelasnya.

“Jadi bayangkan kalau itu berhasil. 5-10 tahun lagi wajah hutannya itu nggak homogen lagi, udah kayak hutan tropis. Segala ada. Kita harapkan kalau kesana, kalau kesana ngga ada fauna nya. Karena dia kebun, monokultur,” pungkasnya.