“Apakah kita siap untuk bernegosiasi? Ya, kami siap,” kata Putin.

“Namun (kami) hanya siap untuk negosiasi yang tidak didasarkan pada ‘keinginan dan impian’ … namun berdasarkan pada kenyataan yang muncul … di lapangan,” katanya.

Sebenarnya pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya tidak berencana mengirim pasukan ke Ukraina. Tetapi ia menekankan perlunya menyetujui rancangan undang-undang bantuan keamanan ke Ukraina guna memenuhi kebutuhan senjata Kyiv, yang saat ini ditolak parlemen AS.

Khusus perang nuklir, Gedung Putih tidak mengonfirmasi pernyataan ini. Namun, pemerintah di Washington kerap mengatakan bahwa mereka tidak melihat tanda-tanda bahwa Rusia bersiap untuk menggunakan senjata nuklir meskipun ada yang disebutnya sebagai “penghancuran senjata nuklir” oleh Putin.

Sementara itu, Ukraina memandang pernyataan Putin sebagai propaganda. Ini dirancang untuk mengintimidasi negara-negara Barat.

“Menyadari bahwa segala sesuatunya berjalan salah, Putin terus menggunakan retorika nuklir klasik. Dengan harapan lama Soviet – ‘takut dan mundur!’,” kata pejabat senior kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak.

Perlu diketahui, perang Ukraina telah memicu krisis terdalam dalam hubungan Moskow dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Putin telah sering memperingatkan risiko perang nuklir namun mengatakan dia tidak pernah merasa perlu menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Di tahun ketiga perang ini, negara-negara Barat masih bergulat dengan “cara mendukung Kyiv melawan Rusia”. Di sisi lain, Moskow kini telah menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina dan mempersenjatai diri jauh lebih cepat dibandingkan negara-negara Barat dan Ukraina sendiri.