Jakarta, ERANASIONAL.COM – Indonesia masih aan Impor beras. Hal itu disampaikan Badan Pangan Nasional (Bapanas)

Kata dia, Indonesia berencana mendatangkan kembali beras impor sebanyak 900 ribu ton hingga akhir 2024.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, beras impor dalam rangka menjaga stok pangan dalam negeri sekaligus menjaga stabilisasi harga pangan di tengah masyarakat.

Hal tersebut juga sekaligus mendukung program Presiden untuk kembali menyalurkan bantuan pangan hingga akhir tahun mendatang.

“Masih ada yang memang harus disiapkan, yang terakhir itu sekitar 900.000 ton yang belum dieksekusi (impor beras),” ujar Arief di Istana Presiden, Jumat (30/8/2024), dikutip dari Okezone.

Kata Arief, saat ini stok beras di dslam negeri sebanyak 1,34 juta ton.

Jumlah tersebut belum termasuk penugasan Pemerintah kepada BUMN Pangan, Bulog sebanyak 600 ribu ton untuk pengadaan beras dari dalam negeri.

“Tiga bulan terakhir ini produksinya di atas kebutuhan nasional 2,5 juta ton,” tambahnya.

Arief juga menyebutkan target pengadaan beras pemerintah lewat impor pada tahun 2024 sebanyak 3,6 juta ton.

Meski demikian, akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk menyerap beras yang diproduksi petani lokal.

“Masih ada kan kuota impor 2024 3,6 juta ton. Nanti sambil kita lihat, pokoknya fokusnya hari ini adalah peningkatan produksi dalam negeri,” jelasnya.

Arief sempat menjelaskan harga beras impor untuk 3 juta ton sebesar Rp30 triliun.

Sehingga untuk memenuhi kuota impor tahun 2024 sebanyak 3,6 juta ton, diperlukan anggaran lebih dari Rp 30 triliun

Menurutnya, kebijakan impor beras sendiri diambil sebagai respon atas kurangnya produksi beras para petani lokal.

Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja penggilingan-penggilingan padi yang ada di daerah.

Arief menyebut, saat ini setidaknya ada 169 ribu penggilingan padi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Namun kapasitas produksinya hanya sekitar 20 – 30%. Hal tersebut lantaran susahnya mencari gabah karena produksinya kurang.

“Jangan kita bicara importasi terus, importasi itu hanya mengganjal, kita tidak bangga melakukan importasi. Kita dorong faktor produksi seperti pupuk, luas lahan tanam, itu ada di Kementerian Pertanian,” pungkas Arief. []