“Antara makanan dan non-makanan, tentunya proporsi besarannya yang terbesar garis kemiskinan ini, ‘share’-nya berasal dari makanan 69,82 persen (Rp590.704 per kapita per bulan),” ujar Hasanudin.
Sedangkan sumbangan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM) terhadap garis kemiskinan September 2024, yakni sebesar 30,18 persen atau Rp 255.381 per kapita per bulan.
Adapun komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di Jakarta, yakni beras. Sumbangan beras terhadap garis kemiskinan makanan mencapai 23,85 persen, diikuti komoditas rokok kretek filter (11,75 persen) serta daging ayam ras dan telur ayam ras yang masing-masing sebesar 7,89 persen dan 7 persen.
Untuk penyumbang garis kemiskinan non-makanan yang paling besar, yakni perumahan sebesar 37,39 persen, listrik (14,71 persen), bensin (12,29 persen), pendidikan (7,11 persen), perlengkapan mandi (3,65 persen) serta angkutan (3,18 persen).

Hasanudin menambahkan, rata-rata rumah tangga miskin di DKI Jakarta memiliki 5,01 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, rata-rata besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin adalah sebesar Rp4.238.886 per rumah tangga miskin per bulan.
Tinggalkan Balasan