Depok, ERANASIONAL.COM – Keloid, jenis bekas luka menonjol yang kerap berukuran lebih besar dari luka aslinya, sering menjadi masalah kecantikan dan kesehatan yang sifat mengganggu.
Meskipun tidak bersifat ganas, pertumbuhannya yang masif bisa mengurangi kepercayaan diri.
Informasi mendalam ini disampaikan oleh dr. Narottama Tunjung Hariwangsa, Sp.BP-RE, Subsp. LBL(K), Spesialis Bedah Plastik dari Eka Hospital Depok, dalam “Bincang bersama Dr. RS Eka Hospital Depok” Selasa (30/9/2025) di Depok, Jawa Barat.
Dokter Narottama mengatakan, biasanya Keloid itu suka disamakan dengan Tumor karena bentuknya sekilas sama.
Tumor adalah benjolan akibat pertumbuhan sel yang tidak normal, dan bersifat jinak atau ganas. Sementara Keloid jaringan parut abnormal yang tumbuh melebihi batas luka asli dan sifatnya tidak berbahaya.
“Nah ini biasanya umum orang itu suka menyamakan dengan Tumor dengan Keloid soalnya sekilas bentuknya mirip, padahal itu sangat berbeda, kalau tumor penyakit serius dan ganas, sedangkan Keloid sebaliknya, keloid biasanya ngebentuk ketika tubuh memproduksi kolagen berlebihan saat proses pemulihan pada luka.” kata dr. Narottama.
Keloid jarang hilang dengan sendirinya dan dapat menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan tepat.
Bekas luka menonjol Keloid dapat dikenali dari ciri-ciri fisiknya:
- Bentuknya bulat, oval, atau lonjong.
- Menonjol tegas dan warnanya cenderung lebih gelap dari kulit asli (pink, kemerahan, ungu, atau cokelat).
- Permukaannya licin atau berkerut, bertekstur keras atau lembut.
- Biasayanya beberapa pasien merasakan sensasi gatal, sakit, atau terbakar saat keloid bertumbuh.
Keloid dapat muncul dari bekas luka apa pun, mulai dari jerawat, luka bakar, gigitan serangga, cacar air, bekas tindikan, hingga luka bekas operasi dan vaksin. Area yang sering menjadi lokasi tumbuhnya keloid adalah perut, punggung, dada, telinga, rahang, dan bahu, terutama pada luka yang terinfeksi.
Komplikasi dan Penanganan yang Tepat
Dokter Narottama menegaskan bahwa keloid bukanlah kondisi mambahayakan buatbkesehatan, namun memiliki dampak negatif, antara lain:
- Penurunan kepercayaan diri akibat bekas luka yang tampak.
- Rasa sakit akibat pertumbuhan keloid yang membesar.
- Risiko infeksi dan nanah jika terjadi luka berulang pada keloid.
- Penggelapan bekas luka akibat paparan sinar matahari.
Penanganan keloid saat ini bervariasi dan tidak selalu memerlukan pembedahan. Operasi merupakan pilihan terakhir jika metode non-operasi tidak berhasil, atau jika keloid berukuran besar.
Metode pengobatan yang tersedia meliputi:
Penggunaan Obat: Berupa salep atau injeksi (suntikan).
Terapi Modern: Seperti Laser, Krioterapi (menggunakan energi dingin), atau Radioterapi dosis rendah.
Penekanan: Menggunakan pakaian atau perban ketat untuk memberikan tekanan pada keloid.
”Orang yang memiliki keloid cenderung punya ‘bakat’ untuk memiliki keloid lagi. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter spesialis bedah plastik sangat penting untuk menentukan metode pengobatan yang paling mutakhir dan tepat guna meminimalkan risiko kekambuhan,” imbaunya.
Pencegahan Kunci Utama
Bagi individu dengan kecenderungan keloid (memiliki riwayat keluarga), tindakan pencegahan adalah hal yang paling krusial. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko keloid, antara lain:
- Menjaga kebersihan dan melakukan perawatan luka sesuai anjuran dokter.
- Menggunakan perban silikon gel atau penutup pada bekas luka untuk menekan luka dan menghindari gesekan.
- Menghindari tindik atau tato.
- Tidak memegang atau menggaruk luka dengan tangan kotor.
- Menggunakan tabir surya pada bekas luka agar tidak menghitam.
Untuk penanganan dan konsultasi lebih lanjut terkait keloid, masyarakat dapat berkonsultasi langsung dengan dr. Narottama Tunjung Hariwangsa, Sp.BP-RE, Subsp. LBL(K) di Eka Hospital Depok.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan