Demikian juga, lanjut Doni, beberapa swasta sudah berusaha untuk mendapatkan reagen sehingga bisa kombinasi nanti dan Pemerintah tidak lagi terlalu khawatir seperti pada pertengahan April yang lalu kehabisan stok reagen, dan sekarang ketersediaannya reagen bisa terpenuhi.
Soal sebaran tes, menurut Doni, tergantung dari tingkat kasus terkonfirmasi positif dilaporkan.
“Makanya sekarang kita memperbanyak mobile laboratorium BSL 2. Artinya apa? Ketika nanti suatu daerah telah mengalami penurunan, maka kendaraan itu bisa kita geser/pindahkan ke kabupaten atau provinsi lain yang membutuhkannya sehingga akan jauh lebih efisien,” ungkapnya.
Anggaran yang diperlukan, menurut Ketua Gugus Tugas, sejauh ini tim gabungan dari Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas masih merancang seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan pemeriksaan.
“Untuk diketahui, pada awalnya pemeriksaan laboratorium ini hanya ada di Balitbangkes, kemudian berkembang ditambah dengan beberapa lokasi lagi, beberapa tempat, termasuk dari Laboratorium Airlangga, dan Eijkman, serta UI. Dan setelah itu berkembang lagi menjadi lebih banyak lagi, sekarang sebarannya sudah semakin besar,” ujarnya.
Soal penilaian R0 dan juga Rt, menurut Doni, kalau sudah real time, otomatis sudah bisa mendapatkan data yang lebih akurat, tetapi tetap Gugus Tugas dan juga tim pakar dari tiap-tiap provinsi didorong untuk bisa mengacu kepada protokol yang telah ditentukan oleh WHO yang meliputi ada aspek epidemiologis, ada aspek surveilans, dan juga kesiapan dari fasilitas kesehatan.
Tinggalkan Balasan