Jakarta, ERANASIONAL.COM – Vladimir Putin dilantik sebagai presiden Rusia untuk masa jabatan kelima dalam upacara yang digelar di ibu kota Moskow pada Selasa, 7 Mei 2024. Ia akan menjadi presiden selama enam tahun ke depan. Putin pertama kali menduduki jabatan tersebut pada tahun 2000.
Dua masa jabatan pertamanya sebagai presiden masing-masing berlangsung selama empat tahun. Namun, masa jabatan presiden kemudian diperpanjang menjadi enam tahun berdasarkan amandemen konstitusi Rusia.
Masa jabatan pertama Putin untuk enam tahun dimulai pada 2012, dan kedua pada 2018. Kemudian pada 2020, konstitusi Rusia diubah untuk memungkinkan Putin mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024. Ia memenangkan pemilu pada Maret lalu dengan perolehan 87,28 persen suara.
Putin mengambil sumpah di hadapan rakyat lalu menyampaikan pidato, dalam upacara yang berlangsung di Istana Agung Kremlin.
Ia berterima kasih kepada rakyat dan pasukan Rusia yang berjuang untuk bangsa, dan menyatakan bahwa kepentingan dan keamanan rakyatnya akan diutamakan. Bekas mata-mata KGB itu mengatakan bahwa Rusia akan menentukan nasib sendiri “demi generasi saat ini dan masa depan”.
“Kami tidak menolak dialog dengan negara-negara Barat,” kata Putin. Ia menambahkan bahwa dirinya siap untuk melakukan pembicaraan mengenai keamanan dan stabilitas strategis, tetapi hanya jika tidak ada “kesombongan” dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Pemimpin Rusia selama lebih dari 24 tahun itu menjanjikan kemenangan dan mengatakan seluruh rakyat Rusia kini “bertanggung jawab terhadap sejarah seribu tahun dan nenek moyang kita”.
“Otoritas presiden kita lebih tinggi dari sebelumnya – lebih tinggi dari presiden Amerika, bahkan lebih tinggi dari tsar Rusia. Banyak hal bergantung pada presiden kita,” kata pemimpin Partai Komunis Gennady Zyuganov.
Putin, yang naik ke puncak Kremlin hanya delapan tahun setelah jatuhnya Uni Soviet, akan merebut rekor Josef Stalin sebagai penguasa Rusia yang paling lama menjabat sejak Permaisuri Yekaterina yang Agung, jika ia menyelesaikan masa jabatannya.
Presiden terpilih itu memimpin invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, yang memicu kehancuran terburuk dalam hubungan antara Rusia dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Pemerintah Ukraina menyatakan bahwa mereka tidak mengakui Putin sebagai presiden Rusia yang dipilih secara demokratis dan sah. “Ukraina tidak melihat dasar hukum untuk mengakui dia sebagai presiden Federasi Rusia yang dipilih secara demokratis dan sah,” tulis Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan pada Senin.
Tinggalkan Balasan