“Upaya kami berhasil dengan pendekatan lembut, tanpa menimbulkan korban di pihak keamanan, warga sipil, maupun pilot,”sambungnya.

Sejak penculikannya pada 7 Februari 2023, laporan media internasional mengungkap berbagai dinamika yang mengelilingi kasus ini.

Kelompok separatis yang dipimpin oleh Egianus Kogoya awalnya menyatakan mereka tidak akan membebaskan Mehrtens kecuali pemerintah Indonesia mengizinkan Papua untuk menjadi negara yang berdaulat.

Namun, pada Selasa, pemimpin Tentara Pembebasan West Papua (TPNPB) mengeluarkan proposal untuk membebaskan pilot tersebut yang mencakup keterlibatan media.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, mengonfirmasi pembebasan Mehrtens setelah 592 hari dalam tahanan.

Dalam pernyataan tertulisnya, Peters mengungkapkan, merasa senang dan lega untuk mengonfirmasi bahwa Phillip Mehrtens aman dan sehat dan telah dapat berbicara dengan keluarganya.

Dia menambahkan, berbagai lembaga pemerintah Selandia Baru bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia untuk mengamankan pembebasan tersebut.

Pembebasan ini dianggap sebagai langkah positif Indonesia dalam menghadapi tantangan yang ada di Papua, dan media melaporkan bahwa kejadian ini menunjukkan potensi penyelesaian konflik melalui diplomasi dan negosiasi yang damai.

Peters juga menekankan dampak besar kasus ini terhadap keluarga Mehrtens, yang meminta privasi selama masa sulit ini.

Presiden Indonesia Joko Widodo memberikan penghargaan kepada TNI dan Polri yang terlibat dalam proses pembebasan.

“Ini melalui proses negosiasi yang sangat panjang dan kesabaran kami untuk tidak melakukannya secara represif,” ujarnya.

Kejadian ini mencerminkan pentingnya pelaporan yang seimbang dari media internasional dalam mengangkat isu-isu sensitif di Papua.

Pembebasan pilot Selandia Baru menjadi simbol harapan bagi penyelesaian konflik yang lebih luas dan dapat menjadi contoh bagi pendekatan yang lebih damai di masa depan. []