Pejabat pers Gedung Putih, Harrison Fields, menulis kata “selamat tinggal” dalam 20 bahasa di X, sindiran terhadap liputan multibahasa yang disiarkan oleh media-media tersebut.
Sementara itu, dikutip AFP, Direktur VOA, Michael Abramowitz, membenarkan bahwa ia termasuk di antara 1.300 staf yang terkena cuti paksa pada Sabtu.
“VOA memang membutuhkan reformasi yang matang, dan kami telah membuat kemajuan ke arah itu. Namun, tindakan hari ini akan membuat VOA tidak dapat menjalankan misinya yang sangat penting,” tulisnya di Facebook.
Ia mencatat bahwa liputan VOA yang terdiri dalam 48 bahasa telah menjangkau 360 juta orang setiap minggunya.

Salah satu pegawai VOA, yang meminta anonimitas, menggambarkan pengumuman pada Sabtu itu sebagai “contoh sempurna dari kekacauan dan ketidaksiapan proses ini,” di mana staf VOA hanya bisa berasumsi bahwa siaran mereka dibatalkan, tetapi tidak mendapat pemberitahuan resmi.
Presiden Radio Free Europe/Radio Liberty, Stephen Capus, yang pertama kali mengudara ke negara-negara Blok Soviet selama Perang Dingin, menyebut penghentian pendanaan ini sebagai “hadiah besar bagi musuh-musuh Amerika.”
“Para Ayatollah Iran, pemimpin Partai Komunis China, serta para otokrat di Moskow dan Minsk pasti akan merayakan kehancuran RFE/RL setelah 75 tahun,” ujar Capus dalam sebuah pernyataan.
Seorang pegawai Radio Free Asia mengatakan ini bukan hanya soal kehilangan pekerjaan. Ia mengatakan Radio Free Asia memiliki staf dan kontraktor yang berada di negara konflik yang kini cemas akan keselamatan mereka.
“Mereka kini khawatir akan keselamatan sendiri. Kami memiliki reporter yang bekerja secara diam-diam di negara-negara otoriter di Asia. Kami juga punya staf di AS yang khawatir dideportasi jika visa kerja mereka tidak lagi berlaku,” ucapnya.
“Menghapus keberadaan kami hanya dengan goresan pena adalah sesuatu yang sangat mengerikan.”
Kelompok advokasi Reporters Without Borders mengecam keputusan Trump ini. Kelompok itu menyatakan bahwa langkah tersebut “mengancam kebebasan pers di seluruh dunia dan meniadakan 80 tahun sejarah AS dalam mendukung arus informasi yang bebas.”
Tinggalkan Balasan