Sementara untuk Rismon Sianipar, menyampaikan bahwa koleganya itu akan menyumbangkan sperspektifnya kelimuannya di bidang teknologi informasi dan forensik digital.

“Doktor Rismon akan menuliskan detail soal analisis-analisis teknis yang jauh lebih detail, misalnya soal analisis red green blue (RGB), soal lintasan cap, kemudian image comparison, face recognition, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Kemudian untuk dr Tifa, Roy menyebut jika alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut akan menyumbangkan perspektifnya soal neurologi dan neuroscience.

“Dokter Tifa menuliskan dari sisi behavioral neuroscience-nya, semua itu akan menjadi satu buku yang insya Allah itu akan terbit dalam dua versi, akan terbit scara cetak, analog, dan juga akan terbit secara digital,” lanjut Roy.

Saat ini pun, buku tersebut masih dalam permohonan izin penerbitan ISBN (International Standard Book Number) dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sebagai lembaga nasional yang ditunjuk oleh Badan ISBN Internasional.

Sehingga nantinya, buku berjudul “Ijazah Palsu Jokowi” tersebut pun diklaim akan diedarkan ke 25 negara.

“Insya Allah juga itu akan diterbitkan secara internasional oleh apa Pak Chris Komari selaku koordinator dari FDI, forum diaspora Indonesia dan akan diajarkan ke-25 negara di seluruh dunia,” tandasnya.

Terkait dengan buku tersebut, Roy menegaskan bahwa diriny bersama dua koleganya itu bakal bertanggung jawab penuh atas isi dan aktivitas peredaran buku soal ijazah palsu Jokowi itu.

Bahkan ia menantang pihak Jokowi untuk melakukan counter attack dengan balasan karya ilmiah jika tidak terima dengan isi dari buku yang bakal diterbitkannya itu.

“Kami bertanggung jawab penuh atas buku itu dan kami juga menantang kalau buku ilmiah jawab dengan ilmiah,” pungkasnya. []