Sebelumnya, petani cokelat di daerah tersebut belum memanfaatkan biji kakao secara maksimal untuk meningkatkan ekonomi. Dia menilai kualitas cokelat di Gunungkidul dapat bersaing dengan cokelat lain asalkan cara pengolahannya dilakukan dengan benar.
Pengolahan cokelat sangat kompleks mulai dari awal pengolahan yang disebut hulu kakao sampai dengan proses akhir atau hilir kakao. “Ketika kita dapat mengontrol pengolahan dari awal sampai akhir, maka sangat menentukan kualitas produk cokelat, sehingga pengolahan pascapanen harus dilakukan secara tepat,” ujar Ervika.
Dia mengatakan petani hanya mengolah cokelat sampai pada produk biji kering dan langsung dijual ke pengepul. Petani juga belum semua menerapkan proses fermentasi dengan tepat.
Kandidat Doktor Fakultas Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada tersebut melihat keterbatasan alat pendukung dan pengetahuan pengolahan biji cokelat dari petani. Ervika dan tim mulai melakukan pembinaan dan pendampingan bagi petani cokelat tersebut yang terbagi menjadi 3 cluster konsep UKM, yakni pemetikan biji, pengolahan biji, dan versifikasi.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan