“Ketiganya harus saling terkait, jika salah satu hasilnya kurang maksimal akan berpengaruh pada kualitas produknya,” beber dia.

Ervika menyebut dalam tahap proses pengolahan biji cokelat ini, proses fermentasi mempunyai peran penting. Sebab, pada proses fermentasi ini akan terbentuk precursor cita rasa yang berpengaruh dikualitas produk akhir nantinya.

Ia dan timnya juga mengembangkan cokelat probiotik. Adapun jenis cokelat yang digunakan untuk penelitian ini adalah dark cokelat.

“Dalam proses ini adanya penambahan bakteri asam laktat yang diformulasikan sedemikian rupa serta menggunakan beberapa jenis gula yang aman untuk penderita diabetes,” ujar Ervika.

Ervika menjelaskan cokelat hasil penelitian ini telah melalui beberapa pengujian di lab, meliputi analisis fisik, analisis kimia, serta pengujian sensoris untuk menguji cita rasa. Uji sensorik dilakukan oleh beberapa panelis untuk menguji kesukaan sebelum cokelat ini diproduksi lebih banyak.

Dia mengungkapkan pengujian menggunakan hewan coba (uji in-vivo) juga telah dilakukan. Hasil pengujian in-vivo menunjukkan terjadi penurunan glukosa darah pada hewan coba (tikus) diabetes yang mengonsumsi cokelat probiotik. Setelah itu dilanjutkan pengujian kepada manusia.

Ervika menyebut penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai indeks glikemik yaitu pola kenaikan glukosa darah responden ketika mengonsumsi suatu makanan. “Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks glikemik yang rendah pada cokelat probiotik, sehingga dapat dikatakan bahwa cokelat hasil penelitian ini aman untuk dikonsumsi penderita diabetes,” ujar dia.

Dia juga menyinggung isu stunting di Kabupaten Gunungkidul. Pada 2021, pihaknya juga telah mengembangkan cokelat dengan fortifikasi berupa Fe dan Zn yang menggunakan bahan lokal yaitu kacang gude dan kacang tunggak.

Dari hasil riset tersebut, sudah banyak dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional dan hak kekayaan intelektual dalam bentuk paten, baik paten terdaftar maupun paten yang telah dikabulkan. Dia optimis kelompok risetnya siap berkolaborasi dengan industri, UMKM, dan kelompok masyarakat petani cokelat terkait riset dan lisensi pemanfaatan hasil riset.

“Hal ini dikarenakan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat, khususnya petani cokelat di Indonesia. Tujuannya untuk meningkatkan nilai ekonomi dan lebih luas lagi untuk penggemar cokelat yang sehat dan aman bagi penderita diabetes,” tutur dia.