“Terlebih, ditopang Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Sehingga, diharapkan Indonesia bukan hanya sebagai market tetapi juga pelaku digitalisasi sendiri. Oleh karena itu, potensi digitalisasi ini luar biasa besar,” sambung Teguh.
Anggota DPR RI Komisi XI, Hendrawan Supratikno menegaskan bahwa, digitalisasi membuka ruang para UMKM ini bisa naik kelas (scalling up atau skalanya lebih besar). Tetapi, hal ini dinilai tidak mudah, dimana bermain di dunia digital perlu kemampuan kreativitas, melakukan inovasi-inovasi termasuk menyampaikan pesan kepada pasar atau calon konsumen.
“Itu sebabnya tidak semua bisa mengikuti atau berselancar di atas gelombang digitalisasi. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melakukan pelatihan-pelatihan agar para UMKM ini bisa masuk dalam era digital. Pelatihan itu di antaranya yang diinisiasi oleh BI, yakni melalui pelatihan aplikasi Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SIAPIK) agar para pelaku UMKM bisa memanfaatkan era digital ini untuk meningkatkan penghasilan dan produktivitas mereka,” tandasnya.
Di tempat berbeda, Deputi Kepala KPWBI Tegal, Teguh Triyono juga menyampaikan bahwa pihaknya memfasilitasi QRIS Cross Border merupakan salah satu fitur pada sistem pembayaran QRIS.
“Hal ini memungkinkan transaksi lintas negara dengan menggunakan QR Code,” katanya di Hotel Grand Dian.
Ia juga mengimbau kepada konsumen, di masa seperti ini supaya konsumen membeli produk sesuai apa yang dibutuhkan.
“Belanjalah sesuai dengan kebutuhan agar tidak rugi. Dan kami juga berharap, untuk pelaku UMKM di Kabupaten Pekalongan bisa naik kelas dengan menjual produknya sampai ke luar negeri,” pungkasnya. (emaha)
Tinggalkan Balasan